Nationalgeographic.co.id - Ilmuwan dari University of Hawaii dan Brown University bekerja sama dengan NASA berhasil menemukan adanya bercak-bercak es di Bulan. Menggunakan instrumen Chandrayaan-1, Es tersebut ditemukan tersebar di sekitar kutub utara dan selatan Bulan.
Tanda-tanda es berhasil ditemukan dengan melakukan pengukuran inframerah yang diambil oleh pendeteksi mineral milik NASA.
Data terbaru menunjukkan bahwa ia tersembunyi di dalam tanah dan berada di sejumlah titik sekitar kutub Bulan. Tempat tersebut merupakan wilayah teduh dan terlindung dari sinar matahari.
Baca Juga: Terumbu Karang dan Organisme Laut Terancam Karena Tabir Surya
Menurut Shuai Li dari Institut Geofisika dan Planetologi Hawaii, Honolulu, es lebih banyak ditemukan di sekitar kutub selatan dibandingkan kutub utara.
Di kutub selatan, es berada di sekitar sekelompok kawah yang dinamai dengan nama ilmuwan dan penjelajah, seperti Haworth, Shoemaker, Sverdrup, dan Shackleton. Sedangkan di kutub utara, es yang ditemukan tampaknya lebih terisolasi.
Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa pembentukan es terjadi di mana suhu tidak pernah mencapai -163 derajat celsius. Kemiringan Bulan yang sangat kecil dari sumbu rotasinya membuat sinar matahari sulit mencapai wilayah tersebut.
Baca Juga: Peta Tahun 1491 yang Memengaruhi Perjalanan Christopher Columbus
Es tersebut diharapkan dapat menjadi akses sumber daya guna ekspedisi masa depan. Sehingga, manusia yang akan mengeksplorasi atau bahkan tinggal di Bulan dapat lebih mudah mengakses air.
Sebelumnya, Chandrayan-1 diterbangkan ke Bulan pada tahun 2008 oleh Organisasi Penelitian Luar Angkasa India. Instrumen tersebut dilengkapi teknologi unik untuk melacak keberadaan es di Bulan.
Ia juga mampu mengumpulkan data yang tidak hanya mengambil sifat reflektif dari es, tetapi mengukur bagaimana molekul menyerap cahaya inframerah. Dengan begitu, air, uap, dan es dapat dibedakan dengan jelas.