Nationalgeographic.co.id - Peta 1491 yang mungkin memengaruhi konsepsi Christoper Columbus tentang geografi dunia, mendapat kesempatan baru untuk hidup. Saat ini, berkat teknologi mutakhir, para peneliti berhasil mengungkap detailnya yang dahulu pudar dan tersembunyi.
Chet Van Duzer, dari The Lazarus Project di University of Rochester, mengatakan, cara itu bisa dilakukan setelah beralih ke pencitraan multispektral, alat digital canggih yang dapat memulihkan teks dan gambar pada dokumen yang rusak.
“Sebelumnya, hampir semua tulisan di peta telah memudar. Membuatnya menjadi objek yang sulit dipelajari,” kata Van Duzer.
Baca juga: Gumpalan Keju Berusia 3000 Tahun Ditemukan di Makam Mesir Kuno
Peta yang menginspirasi
Peta tersebut – yang dibuat oleh kartografer asal Jerman, Henricus Martellus di Florence, Italia – menunjukkan gambar dunia yang diketahui orang-orang Barat pada 1491, tepat sebelum Columbus melakukan pelayarannya.
Pada peta berukuran 1,2x2 meter itu, Afrika (meskipun sangat miring) berada di sebelah kiri, di atasnya adalah Eropa, dengan Asia di sebelah timur, dan Jepang terletak di sudut kanannya.
Tentu saja, peta tidak menunjukkan Amerika Utara dan Selatan, yang kala itu masih belum diketahui keberadaannya oleh orang-orang Barat.
Menurut Van Duzer, Columbus kemungkinan melihat peta Martellus (atau versi lain dari itu) tanpa sengaja.
Dalam sebuah biografi, Ferdinand Columbus menulis bahwa ayahnya berpikir Jepang berpindah dari utara ke selatan, seperti yang tergambar pada peta 1941. Dan kreasi Martellus ini adalah satu-satunya peta Jepang yang menunjukkan orientasi ini. Peta tersebut kemudian memengaruhi gagasan Columbus tentang geografi Asia.
Kemajuan teknologi
Peta 1491 ini sangat tua dan memiliki tampilan yang agak suram. Ia dilaporkan pernah menjadi milik keluarga di Tuscany, Italia, beberapa tahun sebelum muncul di Bern, Swiss, pada 1950-an. Kemudian, peta tersebut dijual dan secara anonim disumbangkan ke Yale University pada 1962.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR