Nationalgeographic.co.id - Industri pariwisata di Indonesia tengah mengalami banyak peningkatan. Setidaknya hal ini terlihat dari pengakuan berbagai pihak penyelenggara "kompetisi" destinasi wisata internasional dalam wujud kemenangan Indonesia. Tidak tanggung-tanggung, puluhan penghargaan sudah diraih oleh Indonesia.
Keterlibatan masyarakat Indonesia dalam pengembangan pariwisata Indonesia tentu tidak dapat dimungkiri. Bagaimana tidak, dalam setiap waktu, masyarakat sekitar destinasi pariwisata lah yang paling berperan dalam pelestarian dan keberlangsungan tempat tersebut.
Namun prestasi ini juga tidak terlepas dari usaha pemerintah, yakni Kementerian Pariwisata dalam mendukung dan mendidik masyarakat sekitar tempat wisata secara berkelanjutan. Tidak hanya itu, pemerintah juga terlibat dalam usaha memasarkan keindahan Indonesia ini.
Baca Juga : Sebuah Kendi Berisi Koin Emas Ditemukan di Gedung Teater Terbengkalai
Menteri Pariwisata Indonesia, Arief Yahya memiliki tiga jurus andalan yang ia digunakan untuk memajukan pariwisata Indonesia. Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Selasa beberapa waktu lalu, Arief Yahya mengungkap tiga jurus tersebut. "Pemasaran, pengembangan destinasi wisata, dan pengembangan SDM & Kelembangan," ungkap Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk ini.
Lebih lanjut, Arief menegaskan bahwa ketiga hal tersebut dilakukan secara bersamaan atau paralel. “Pemasaran berjalan, pengembangan destinasi berjalan, pengembangan SDM & Kelembagaan pun berjalan,” ungkapnya.
Dari sisi pemasaran, Arief mengutamakan branding, advertising dan selling. Ia menekankan pentingnya menguatkan branding pariwisata Indonesia. Analoginya, jika kita menjual sepatu, sebagus dan sekuat apapun, jika tidak melakukan branding yang baik, tentu penjualannya akan kalah jauh dengan sepatu yang telah melakukan branding dengan lebih baik.
“Tanpa branding yang kuat, selling tidak akan bisa terjadi,” tegasnya.
Menurut Arief, untuk mencapai target 20 juta wisman pada 2019, setidaknya jumlah wisman yang berkunjung ke tiap-tiap daerah harus naik dua kali lipat. “Jadi bukan hanya Bali saja, tetapi potensi semua daerah juga harus digenjot agar bisa mencapai target,” tukas Arief.
Sementara itu, dari segi SDM dan Kelembagaan, Kemenpar berfokus pada tiga hal, yakni sertifikasi profesi, masyarakat setempat, dan unit usaha. Dijelaskan lebih lanjut oleh Arief, untuk meningkatkan kesiapan SDM pariwisata, Indonesia perlu melakukan sertifikasi seluruh lulusan perguruan tinggi pariwisata yang ada di Indonesia.
Baca Juga : Mungkinkah Peringatan Dini Kebakaran Didapat Melalui Citra Satelit?
Itu pun tidak cukup, selain lulusan perguruan tinggi, lulusan SMK Pariwisata juga harus dilatih dan disertifikasi. “Sampai 2019 nanti, kami menargetkan harus mensertifikasi 500.000 lulusan di bidang pariwisata dari 32 profesi dan 6 divisi,” ungkapnya.
Selain profesi, Indonesia juga perlu meningkatkan kesiapan masyarakat di sekitar destinasi wisata. Masyarakat harus diedukasi agar bisa bersinergi dalam mengembangkan potensi wisata dan mendapat manfaat dari keberadaan destinasi wisata di daerahnya. Terakhir, penting untuk mensertifikasi unit-unit usaha pariwisata.
Arief mencontohkan, Lombok yang menjadi destinasi wisata halal tentu saja harus memiliki unit usaha seperti hotel dan restoran yang sudah tersertifikasi. “Tanpa SDM yang kuat, kita akan kalah dengan bangsa lain,” pungkas Arief.