Nationalgeographic.co.id - Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (PamGakkum KLHK) melakukan pemusnahan besar-besaran terhadap lahan seluas 1,5 hektare di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Tepatnya di Resort V Bahorok wilayah Sekoci, Sumatera Utara.
Hal ini dilakukan karena selain mengancam populasi satwa kunci, konflik tenurial berupa tumpang tindih penggunaan kawasan konservasi masih terus terjadi.
Baca juga: Baca Juga : Kronologis Serangan 9/11, Runtuhnya Menara Kembar, dan Osama Bin Laden
Edward Sembiring, Kepala Balai PamGakkum KLHK Wilayah Sumatera, mengatakan bahwa perkebunan sawit yang dibabat berada di zona rehabiltasi TNGL. Pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara persuasif yang disebut dengan operasi simpatik, dalam rangka pemulihan TNGL (Taman Nasional Gunung Leuser).
Selanjutnya, bibit pohon khas yang tumbuh di wilayah ini ditanam kembali.
“Masyarakat ikut menebang. Untuk sawit seluas 1,5 hektare, sedangkan karet yang ditebang sekitar 5 hektare yang memang berada di TNGL,” ujarnya.
Terdapat 11 kelompok tani yang selama ini menanam sawit dan karet di TNGL. Mereka merelakan tanamannya diganti dengan pohon semusim dan tumbuhan agar tetap dapat membantu perekonomian keluarga.
“Ini penting diketahui masyarakat, untuk memanfaatkan kawasan dan mengembalikan fungsinya sebagai hutan, harus mengikuti aturan,” tambahnya.
Dikutip dari Mongabay, data BBTNGL menunjukkan untuk kemitraan ada 1.200 hektare kawasan terbuka di Resort Sekoci yang bisa dimanfaatkan. Namun hingga saat ini baru 11 kelompok yang mendapat izin kemitraan konservasi untuk mengembalikan fungsi hutan TNGL. Total luasan kawasan terbuka di Sekoci ini adalah 6.700 hektar.
Baca juga: Baca Juga : Bukan Hanya Infeksi, Menggigit Kuku Juga Dapat Memicu Kanker
Pemusnahan sawit dan karet yang dilakukan oleh PamGakkum KLHK merupakan bagian dari pemulihan ekosistem TNGL, yang dilaksanakan melalui kemitraan konservasi. Cara ini dipilih sebagai jalan untuk mengedepankan komunitas dan masyarakat penggarap sebagai mitra dengan prinsip win-win solution.
Perlu diketahui, TNGL memiliki ekosistem pantai hingga hutan pegunungan yang menjadi tempat hidup empat satwa kebanggaan Indonesia. Ada harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae), gajah sumatra (Elephas maximus sumatrensis), badak sumatra (Dicerorhinus sumatrensis), dan orangutan sumatra (Pongo abelii).
Source | : | mongabay.co.id |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR