Nationalgeographic.co.id - ASF (African Swine Fever) merupakan virus mematikan yang telah menyebar luas di Tiongkok. Virus ini dibawa oleh babi hutan dan telah menimbulkan kekhawatiran bagi negara-negara asia, khususnya Indonesia.
Meski belum ada laporan lebih lanjut mengenai penyebaran virus ini di wilayah Indonesia, namun pemerintah telah menetapkan status waspada, khususnya di wilayah Bali sebagai tempat destinasi yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan asing.
Baca Juga : Gunung Everest Dipenuhi Sampah, Seberapa Parahkah Kondisinya?
Dr. Ketut Suarjaya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bali, mengungkapkan bahwa pihaknya bersama lembaga-lembaga lintas sektoral sudah mengaktifkan sistem surveilans kesehatan di titik-titik vital, terutama di bandara dan pelabuhan sebagai gerbang depan kedatangan antarwilayah.
Sistem Surveilans dengan nama "Public Emergency of International Consent" ini akan mengecek kesehatan wisatawan asing yang masuk ke wilayah Bali. Setelah melewati thermo scanner dan dinyatakan bebas dari virus ASF, para wisatawan akan diberikan 'health allert card'.
"Statusnya masih waspada. Kami berlakukan peringatan dini karena sejauh pantauan kami, sejauh ini belum dijumpai adanya kasus yang signifikan terkait ASF ini. Kami masih belum ada tindakan kesehatan lebih jauh," ungkap Ketut, seperti dilansir dari Tribun Bali pada hari Jumat (14/9/2018).
Dr. Ketut menjelaskan bahwa langkah ini pernah digunakan pada kasus sebelumnya seperti flu babi dan flu burung. Sejak 11 tahun yang lalu, virus ini telah diwaspadai dan telah diantisipasi dari sisi kesehatan ternak.
Baca Juga : Frank Borman ke Bulan Sebagai Astronaut Apollo 8 untuk Kalahkan Rusia
Sebelumnya, Kementerian Pertanian Tiongkok mengumumkan bahwa wabah ASF telah ditemukan di Kota Shenyang, Provinsi Liaoning. Dalam waktu yang singkat, virus ini telah menyerang lima provinsi di Tiongkok Timur, diantaranya adalah Liaoning, Henan, Jiamusi, Zhejiang, dan Ahui.
Agar tidak semakin meluas, sekitar 38.000 ekor babi telah dimusnahkan oleh produsen daging babi terbesar di dunia untuk menghentikan penyebaran demam haemorrhagic, virus yang sering berakibat fatal bagi babi.
Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) telah mengeluarkan peringatan bahwa virus ini bisa saja menyebar ke negara lain. Meski tidak berbahaya bagi manusia, namun hingga saat ini tidak ada vaksin untuk hewan babi sehingga salah satu cara untuk menghentikan penyebaran virus ini yaitu dengan pemusnahan.