Nationalgeographic.co.id - Menjelajahi luar angkasa atau menginjakan kaki di bulan mungkin menjadi impian bagi banyak orang. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Frank Borman, salah satu dari tiga astronot Apollo yang pernah ke bulan dalam misi Apollo 8 pada bulan Desember 1969.
Dalam sebuah wawancara dengan This American Life, pria yang kini berusia 90 tahun itu memandang misi Apollo 8 sama saja seperti misi lain, dengan tujuan untuk mengalahkan Uni Soviet agar bisa mencapai Bulan terlebih dahulu.
Baca Juga : Facebook Community Help, Fitur 'Istimewa' di Tengah Situasi Bencana
"Saya berada di sana (Bulan) karena itu Perang Dingin. Saya ingin berpartisipasi dalam petualangan Amerika mengalahkan Uni Soviet," ungkapnya, melansir IFL Science pada Rabu (12/9/2018).
Borman mengaku sama sekali tidak tertarik dengan ruang angkasa dan tidak tersentuh saat melakukan perjalanan tersebut. Hal yang memotivasi dirinya yaitu untuk mengalahkan Rusia dengan pergi ke Bulan.
Diakuinya bila pengalamannya hanya menarik selama 30 detik pertama, setelah itu semuanya sama saja. Dirinya masih ingat pemandangan yang pertama kali dilihatnya saat ia dan kedua temannya menginjakkan kaki di bulan. Baginya, pemandangan yang dilihatnya jauh dari indah dan tidak seperti yang ada dalam bayangannya.
"Hancur. Hanya ada kawah meteor dan tidak ada warna sama sekali selain abu-abu," kenangnya.
Baginya, satu-satunya hal menarik dalam perjalanan ke bulan adalah ketika melihat bentuk Bumi secara utuh dari atas cakrawala Bulan.
Pemandangan ini pun diabadikan oleh rekan astronot Borman, Willian Bill Anders dalam sebuah foto.
Baca Juga : Jurus Kemenpar untuk Ulangi Kemenangan Indonesia pada UNWTO Award
"Ketika saya melihat Bumi, saya teringat semua hal yang paling saya sayangi. Keluarga, istri, dan orangtua. Untuk saya, itu adalah puncak pengalaman tak terlupakan, dari segi emosional," ujarnya.
Source | : | iflscience.com |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR