Antara Stres dan Depresi, Bagaimana Cara Kita Membedakannya?

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 14 September 2018 | 16:04 WIB
Pengidap depresi biasanya mengalami kesedihan dalam jangka panjang. (kieferpix/Getty Images/iStockphoto)

Meskipun mampu meningkatkan risikonya, namun stres sendiri tidak didefinisikan sebagai penyakit mental.

Dr. Jane Devenish, ahli farmasi dari NHS Standards and Services, mengakui bahwa gejala kedua kondisi ini terkadang memang saling tumpang tindih. Ia pun menjelaskan perbedaannya.

“Secara signifikan, depresi berbeda dari stres. Saat mengidap depresi, mood Anda selalu buruk dan itu memengaruhi kehidupan sehari-hari. Sementara, stres hanyalah salah satu pemicunya,” kata Devenish.

Sama seperti stres, depresi juga bisa menimbulkan gejala sakit fisik. Selain itu, gejala emosionalnya mengganggu konsentrasi dan cara Anda memandang diri sendiri.

Perbedaan utama lainnya adalah: pada depresi, seseorang benar-benar merasa putus asa, terisolasi, tidak merasa terhubung dengan orang lain, dan tak lagi menikmati kehidupannya. Jika tidak segera ditangani, depresi akan membuat seseorang ingin bunuh diri.

Baca Juga : Mengapa Banyak Orang Merasa Tidak Nyaman Saat Membicarakan Uang?

Orang-orang yang mengidap depresi, membutuhkan bantuan dari ahli. Bisa berupa obat-obatan atau terapi.

Jika Anda melihat teman atau keluarga yang menunjukkan tanda-tanda depresi seperti menarik diri dari lingkaran sosial, mengabaikan hal-hal yang biasanya disukai, dan selalu putus asa, jangan hakimi mereka.

“Jika Anda khawatir seseorang yang dikenal mengalami depresi, hal terbaik yang harus dilakukan adalah memastikan mereka tahu bahwa Anda peduli dan dapat bercerita kapan saja,” pungkas Devenish.