Nationalgeographic.co.id - Tim ilmuan yang dipimpin oleh Zoological Society of London (ZSL) mempelajari kerangka-kerangka burung besar yang ditemukan di pulau Madagaskar, Samudera Hindia.
Para ilmuan memprediksi bahwa kerangka yang ditemukan pada tahun 2009 ini kemungkinan mati karena dibunuh oleh pemburu prasejarah. Dugaan ini berawal dari adanya jejak senjata tajam dan retakan pada tulang tersebut.
Dengan menggunakan penanggalan radiokarbon, para ilmuwan menemukan bahwa burung-burung tersebut telah dibunuh sekitar 10.500 tahun yang lalu.
Baca Juga : Tak Hanya Kanker Paru-Paru, Merokok Juga Menyebabkan Kebutaan
Spesies burung raksasa (dikenal sebagai Aepyornis dan Mullerornis) ini memiliki tinggi 10 kaki (setara 3 meter) dengan berat hingga 1.100 pon (setara 498.951 gram).;
Analisis terhadap tulang burung gajah yang sudah punah ini dapat memberi harapan atas tergambarnya kehidupan burung gajah.
Dalam penelitian sebelumnya terungkap bahwa kedatangan manusia pertama di Madagaskar terjadi pada 2.400 hingga 4.000 tahun yang lalu dengan melihat tulang lemur dan artefak lainnya.
Karena itu lah, tulang terbantai dengan alat tajam ini dapat memberikan bukti baru bahwa manusia telah mencapai tempat itu lebih awal dari waktu yang diperkirakan sebelumnya. Penemuan penting ini pun dipublikasikan dalam jurnal Science Advances.
Meski begitu, Dr. James Hansford, penulis utama dari ZSL's Institute of Zoology menyatakan bahwa penelitian ini memicu perdebatan. Dua kelompok memperdebatkan apakah manusia yang menyebabkan burung raksasa ini mati.
Baca Juga : Uncanny Valley, Robot Cantik yang Mengusik Rasa Nyaman Manusia
"Kami sudah tahu bahwa megafauna seperti burung gajah, kuda nil, kura-kura raksasa, dan lemur raksasa telah punah kurang dari 1.000 tahun yang lalu,"ungkapnya, melansir Fox News, Rabu (19/9/2018).