Mengkhawatirkan, Masyarakat Sekitar Membuang Popok di Sungai Brantas

By Nesa Alicia, Kamis, 20 September 2018 | 11:06 WIB
Ribuan popok dan sampah lain dibuang dipinggiran sungai di Sleman, Jogjakarta. (Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia)

Tidak hanya itu, kadungan lain pada B3, karsinogen Xylen dapat menyebabkan iritasi, radang kulit, dan gangguan fungsi paru-paru. Ada pula dioxin, dan mengangu reproduksi, gangguan fungsi hati dan fungsi imun, serta pelapis antikerut pthalate 12, dapat menyebabkan karsinogen, resistensi insulin dan gangguan reproduksi.

Prigi menilai, KLHK dan kepala daerah kurang sigap dalam menangani tumpukan sampah pospak.

“Pemerintah bereaksi saat ada 'kebakaran', tak ada upaya preventif dan edukasi kepada pemakai pospak dan tekanan ke produsen," ujarnya. 

Prigi dan BEP mengajak masyarakat untuk terlibat dalam mengurangi pemakaian pospak dan beralih menggunakan popok kain agar lebih aman bagi kesehatan dan lingkungan.

Baca Juga : Burung Gajah, Burung Terbesar di Dunia dan Misteri Kematian Mereka

Azis, Koordinator BEP mengatakan, Pemprov Jateng dan Yogyakarta harus membersihkan sampah popok di sungai. Dari hasil temuan BEP, jembatan yang ada di Jateng dan Jogja, menjadi lokasi favorit masyarakat membuang sampah popok. Masyarakat enggan membuang popok di tempat sampah karena bau yang akan ditimbulkan dari sampah ini.

Aziz menilai bahwa pemerintah daerah lalai dalam pengendalian pencemaran dan pengelolaan sungai. Penilaian Aziz berdasar pada temuan (pada tujuh jembatan sungai yang menjadi sampling BEP) bahwa semua jembatan atau saluran air terdapat sampah popok.

Lebih lanjut Aziz mencontohkan, di Jembatan Besole Klaten, ada ribuan sampah popok masuk dalam satu kantong plastik dan karung. Dalam satu kresek berisi lebih 10 popok dan dalam karung bisa lebih dari 30 popok.

Sebagian besar sampah popok masih terdapat kotoran yang menempel.

Sebagian besar sampah popok masih terdapat kotoran yang menempel. (Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia)

Di sekitar sungai pun tidak ada tanda larangan untuk membuang sampah.

Sampah popok menjadi ancaman baru bagi ekosistem perairan dan masalah yang serius di tingkat global. Menurut data Bank Dunia 2017, disebutkan bahwa sampah popok merupakan penyumbang sampah terbesar kedua di lautan.

Sampah organik menyumbang 44 persen, sampah popok 21 persen, kantong plastik sekali pakai 16 persen, bungkus plastik 5 persen, dan botol minuman kemasan 1 persen.

“Indonesia tercatat memiliki sungai yang berkontribusi terhadap pencemaran laut dari Brantas, Progo, dan Serayu. Bahkan Brantas menyumbangkan lebih dari 28 juta ton sampah per tahun ke lautan,” ungkap Aziz.

Baca Juga : Laporan PBB: Satu Anak di Dunia Meninggal Setiap Lima Detik

Aziz menyarankan agar berbagai pihak bekerjasama dengan produsen popok untuk menyediakan dropping point popok di tempat pembuangan sampah terpadu atau di jembatan dan saluran air yang menjadi tempat pembuangan popok.

Diperlukan juga edukasi masyarakat seperti ibu rumah tangga yang bekerjasama dengan bidan, rumah bersalin dan posyandu, agar tak membuang sampah popok ke sungai. Ia juga menghimbau agar masyarakat mengurangi pemakaian popok sekali pakai.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi sampah popok di sungai, yaitu dengan tidak membuang sampah ke sungai. Selain itu, produsen wajib mendesain dan mensosialisasikan kepada konsumen mengenai bahaya limbah popok.

#BumiAtauPlastik #SayaPilihBumi