Mengkhawatirkan, Masyarakat Sekitar Membuang Popok di Sungai Brantas

By Nesa Alicia, Kamis, 20 September 2018 | 11:06 WIB
Ribuan popok dan sampah lain dibuang dipinggiran sungai di Sleman, Jogjakarta. (Tommy Apriando/ Mongabay Indonesia)

Popok menjadi salah satu sumber sampah terbesar di dunia. (panaramka/Getty Images/iStockphoto)

Sebagai informasi, suleten atau yang lebih dikenal dengan Impetigo merupakan infeksi kulit ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah pada bayi. 

Berdasarkan sumber Badan Pusat Statistik 2013, di sekitar Sungai Brantas terdapat 750.000 balita. Bila setiap hari memakai empat popok, maka dalam sehari akan ada 3 juta popok bekas pakai.

Temuan yang didapatnya menunjukan bahwa 60 persen masyarakat sekitar sungai membuang popok di sungai. Dari keseluruhan sampah yang dibuang ke sungai ini, 37 persennya adalah popok bekas. Setidaknya, ada 1,5 juta lebih popok yang dibuang di Sungai Brantas setiap hari. 

The Guardian mencatat, di Inggris, sebanyak tiga miliar popok dibuang. Serupa dengan Inggris, di Amerika, 20 miliar popok dibuang setiap tahunnya. 

Melalui laporan Australian Science, penduduk Australia menggunakan 5,6 juta popok sekali pakai setiap harinya. Sumber yang sama mengatakan, dua miliar popok sekali pakai dibuang ke tempat pembuangan sampah di Australia setiap tahunnya.

Baca Juga : Seekor Kucing Temukan Sekantong Narkoba Jenis Heroin dan Kokain

Bila ekosistem sebuah sungai sehat, maka perbandingan ikan dengan jenis kelamin jantan dan betina akan berbanding 50:50. Namun, di bagian hulu Sungai Brantas, ikan yang ditemukan mengalami interseks atau di dalam tubuhnya terdapat dua kelamin. Ini diduga kuat akibat dari limbah popok tersebut. 

Bahkan di tahun 2018, ketika Ecoton membelah lambung ikan, 80 persen ikan terdapat fragmen plastik dan fiber plastik yang diduga kuat berasal dari bahan popok.

Perlu diketahui, popok akan mengurai bila terkena air dan panas matahari karena popok tersebut berbahan 55 persen plastik, 60 persen gel penyerap air, dan menjadi mikroplastik yang akan mengkontaminasi air. Tidak hanya itu, mikro plastik akan dengan mudah termakan oleh hewan di sana.

Prigi menganggap bahwa selama ini pemerintah gagal dalam mengendalikan banjir popok di beberapa sungai yang ada di Jawa. 

Filipina merupakan salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia. (Noel Celis/AFP)