Sampah Sedotan Plastik Mengancam Bumi, Berbagai Pihak Mulai Berbenah

By Nesa Alicia, Jumat, 21 September 2018 | 14:39 WIB
Sedotan plastik sekali pakai turut menyumbang pencemaran laut. (MaRabelo/Getty Images/iStockphoto)

Bila melihat sekilas, sedotan ini memiliki penampilan bening yang sangat mirip dengan sedotan plastik. Karena itu untuk membedakan produk mereka, produsen sedotan ini memberi label #i'mnotplastic pada batang sedotan mereka.

Pemilik dan pendiri Avani, Kevin Kumala mengatakan jika sedotan plastik biasa butuh waktu 40-60 tahun untuk dapat terurai di alam, sementara itu sedotan Avani hanya butuh waktu 180 hari untuk hancur terurai.

Bahan utama sedotan Avani berupa sari pati jagung, memberi nilai tambah yang tidak ditawarkan dari produk bioplastik sebelumnya.

"Karena terbuat dari sari pati jagung, sedotan kami setelah terurai dia bisa menjadi kompos dan produk kami juga telah lulus uji oral toxicity sehingga aman jika dikonsumsi hewan laut," ujar Kevin.

Baca Juga : Fenomena Gaya Bahasa Anak Jaksel, Apakah Mengancam Bahasa Indonesia?

Selain sedotan dari pati jagung, Avani juga memproduksi sedotan dari kertas dan 36 produk kemasan makanan dan minuman yang sebelumnya terbuat dari plastik dan Styrofoam.

Semuanya diproduksi dari bahan alami, mulai dari boks makanan, cup untuk kopi atau minuman lain, kantong kresek, polybag hingga jas hujan dan lainnya.

Kevin menambahkan bahwa produknya menggunakan 3 bahan utama, yakni sari pati singkong untuk menggantikan kantong plastik, ampas tebu untuk pengganti styrofoam atau wadah makanan dan untuk sedotan menggunakan sari pati jagung.

Sekitar 70 hingga 80 persen produk sedotan Avani, digunakan oleh kliennya dari sektor horeka dan ritel yang berada di Pulau Dewata dan selebihnya di kota-kota besar seperti Jakarta.

Produk-produk bioplastic Avani lainnya semakin diminati oleh konsumen di luar negeri. Sehingga kini, Avani memiliki distributor resmi di sejumlah negara mulai dari Timur Tengah, Singapura, Sri Lanka hingga Afrika.

2. Sedotan kaca standar laboratorium

Dr. Amaranila Lalita Drijono, pencipta sedotan kaca pakai ulang. (ABC / Iffah Nur Arifah)