Nationalgeographic.co.id - Sebuah penelitian mengungkap bahwa terdapat korelasi yang kuat antara penggunaan media sosial dengan gangguan waktu tidur. Hal ini dibuktikan dengan jumlah waktu yang dihabiskan seorang siswa dalam bermain media sosial dan jumlah kunjungan ke situs media sosial dalam kurun waktu seminggu dibandingkan dengan waktu tidur seorang siswa.
Siswa yang menghabiskan waktu mereka untuk menggunakan media sosial atau berinteraksi dengan dunia maya, memiliki peningkatan risiko sebesar tiga kali lipat terhadap gangguan tidur termasuk insomnia.
Baca Juga : Remaja Australia Ciptakan Kantung Plastik Ramah Lingkungan dari Udang
Salah satu contohnya, beberapa remaja berusaha keras mempertahankan eksistensinya di dunia maya dengan mengunggah foto terbaiknya di media sosial. Hal ini kemudian menjadi tekanan mereka untuk tidur larut malam demi memilih foto untuk diunggah.
Dilansir dari Hallo Sehat pada Jumat (21/9/2018), kegiatan ini menyalakan gairah emosional, kognitif, dan fisiologis otak sehingga membuat mereka merasa segar hingga melupakan tidur. Atau beberapa orang justru sudah mengalami kesulitan untuk tidur sehingga menggunakan media sosial untuk menghabiskan waktu.
Bukan hanya golongan di atas saja yang mengalami gangguan tidur, netizen pasif juga mengalami gangguan tidur dan mengganggu jam biologis tubuh. Netizen pasif adalah netizen yang hanya men-scroll linimasa tengah malam agar tidak ketinggalan berita atau update terbaru.
Hal ini disebabkan karena pancaran sinar terang ponsel meniru sifat cahaya alami matahari, yang berakibat jam biologis tubuh menganggap cahaya tersebut sebagai sinyal hari masih pagi dan karena itu produksi melatonin jadi terganggu.
Dalam arti lain, berjam-jam bermain ponsel sebelum tidur akan membuat remaja tambah semangat dan membutuhkan waktu lebih lama sebelum akhirnya bisa tertidur. Padahal remaja membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur daripada orang dewasa.
Baca Juga : 6 Tips Memotret dengan Hp Agar Hasilnya Seperti Kamera Profesional
Sementara itu penelitian lain menunjukkan bahwa remaja membutuhkan waktu tidur 9,5 jam setiap malam sebelum besok kembali bersekolah. Namun kebanyakan remaja hanya tidur 7,5 jam. Dengan waktu tidur yang kurang seperti ini, mereka akan merasakan kelelahan, mudah tersinggung, stres, dan cenderung lebih mudah terserang penyakit.
Dampak dari kurang tidur juga bisa meningkatkan risiko depresi pada remaha, karena masa-masa remaja adalah periode rentan untuk mengembangkan isu-isu kesehatan mental jangka panjang. Terlebih lagi dengan pemenuhan kebutuhan untuk selalu aktif di media sosial yang bisa memicu peningkatan stres psikologis.