Jenazah Dimakan Burung, Begini Ritual Pemakaman Langit di Tibet

By Nesa Alicia, Selasa, 25 September 2018 | 13:47 WIB
Burung pemakan bangkai menunggu jasad yang diantarkan. (Tibettravel.org)

Nationalgeographic.co.id - Biasanya, ketika manusia meninggal, jasad mereka akan dikubur atau dikremasi. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi sebagian masyarakat Tibet. Sebuah tradisi Tibet, "membiarkan" jasad orang yang telah meninggal di alam terbuka dan dimakan oleh burung nasar—burung pemakan bangkai. 

Ketika seorang telah meninggal, tubuh mereka akan dibungkus dengan kain putih dan diletakan di sudut rumah selama tiga atau lima hari. Kemudian para Bhikkhu atau Lama akan membaca kitab suci dengan keras sehingga jiwa-jiwa orang yang telah meninggal tadi dapat dilepaskan dari api penyucian. 

Baca Juga : Berjemur Sinar Matahari Ternyata Baik Untuk Kesehatan Jantung

Dalam melaksanakan prosesi ini, anggota keluarga akan menghentikan seluruh aktivitas mereka untuk menciptakan lingkungan yang tenang dan damai, agar jiwa orang yang meninggal dapat naik ke surga. 

Anggota keluarga akan memilih hari (yang dianggap beruntung) untuk membawa jasad tersebut ke pemakaman langit. 

Pada hari sebelum pelepasan jasad, anggota keluarga akan melepaskan pakaian pada jasad dan tubuh nya akan dibengkokkan seperti posisi duduk, dengan kepala melawan lutut. Sehingga jasadnya akan tampak seperti posisi janin dalam perut.

Ritual ini biasanya dimulai sebelum fajar. Jasad tersebut akan dikirim ke pemakaman di antara gunung-gunung yang jaraknya jauh dari daerah pemukiman. 

Baca Juga : Kertas Berubah Warna Menjadi Kuning , Ini Penjelasan Ilmiahnya

Praktek pemakaman langit erat kaitannya dengan filsafat Buddha di Tibet. Orang Tibet percaya bahwa burung nasar yang datang dan memakan jasad menandakan orang yang telah meninggal tersebut tidak memiliki dosa dan jiwanya telah pergi dengan damai ke Surga. 

Sebelum jasad dimakan, pembawa tubuh atau yang lebih dikenal rogyapas atau body breaker akan menyeret jasad hingga ke puncak gunung dan membedahnya dengan pisau. Tubuh jasad akan dipotong-potong dan tulangnya akan dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil. 

Burung Nasar (Casey Allen/Unsplash.com Via ABC Net)

Daging yang telah dihancurkan akan dicampurkan dengan tsampa (makanan pokok untuk orang Tibet, yang terbuat dari tepung barley) sebelum diberikan untuk burung nasar.

"Mereka mengerumuni, melompat-lompat di atas satu sama lain, merobek-robek daging. Itu tidak bisa dipercaya, seperti beberapa adegan alkitab kuno," ungkap salah satu pengunjung, melansir ABC Net, Senin (24/9/2018).

Baca Juga : Kabar Baik, Populasi Harimau Meningkat Dua Kali Lipat di Nepal

Meskipun seluruh proses ini bertentangan dengan harapan kebanyakan orang di mana  seharusnya dilakukan dengan ekspresi sedih, sebaliknya, para pembawa tubuh akan memotongnya dengan tawa, seolah-olah mereka sedang melakukan pekerjaan rutin di pertanian. 

Umat Buddha Tibet percaya bahwa dengan menjaga suasana hati dapat membantu untuk membimbing orang mati berpindah dari kegelapan menuju kehidupan berikutnya. 

Pemakaman langit sebenarnya hanyalah tempat pembuangan jasad untuk dimakan oleh burung nasar. Dalam Buddhisme Tibet, pemakaman langit diyakini mewakili keinginan mereka untuk pergi ke surga.

Perlu diketahui bahwa tidak semua orang dapat dimakamkan dengan proses tersebut, diantaranya adalah anak-anak dibawah 18 tahun, wanita hamil, atau mereka yang meninggal karena penyakit menular atau kecelakaan.

Dalam proses pemakaman, orang-orang asing tidak diizinkan untuk menghadiri saat upacara berlangsung. Selain itu, prosesi ini tidak diperbolehkan untuk diabadikan/difoto, karena dipercaya dapat membawa hal negatif dan mengganggu naiknya jiwa jasad tersebut menuju surga.

Baca Juga : Remaja Indonesia Ditemukan Selamat Setelah Terapung Selama 49 Hari

Anggota keluarga pun juga tidak diizinkan untuk hadir saat proses pemakaman langit. Karena itu, ketika proses pemakaman langit sedang berlangsung, pengunjung harus menghormati ritual ini dan menjauhkan dirinya dari prosesi tersebut.

Meski begitu, pengunjung dapat melihatnya dari bukit setinggi 4.150 Mdpl dekat Kuil Drigung.