Nationalgeographic.co.id - Ritual pengorbanan manusia sudah menjadi sejarah yang melegenda. Para arkeolog pun sudah banyak menemukan bukti terkait di berbagai tempat di dunia. Penemuan ini pun semakin membuat para peneliti terdorong untuk semakin memperdalam pengetahuan arkeologi mengenai praktik tersebut.
Mereka menggunakan berbagai teknik di luar ilmu arkeologi tradisional yang menawarkan wawasan baru tentang korban, seperti dari mana mereka berasal, peran apa yang mereka mainkan di masyarakat, bagaimana mereka hidup sebelum mereka dibunuh dan mengapa mereka dipilih.
Penelitian tersebut, pada akhirnya akan membantu menjawab pertanyaan yang lebih mendasar tentang fungsi-fungsi pengorbanan dan sifat masyarakat yang melakukannya.
Menurutnya Glenn Schwartz, arkeolog dari Johns Hopkins University, arkeologi jauh lebih mudah untuk mempelajari permasalahan ekonomi atau politik masyarakat masa lalu daripada mempelajari apa yang mereka percayai tentang dunia dan mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan dalam konteks agama.
Baca Juga: Akibat Perubahan Iklim, Air Hangat Mampu Tembus Lapisan Es Arktika
"Banyak teknik baru yang mempermudah kami untuk mempelajari ritual pengorbanan manusia dengan cara yang canggih, terutama di bidang bioarchaeology, studi tentang sisa-sisa manusia, dan zooarchaeology, studi tentang sisa-sisa hewan," kata Schwartz.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan tahun 2017, peneliti menemukan kandungan karbon, nitrogen dan belerang isotop dalam tulang manusia — ditemukan di makam kerajaan Yinxu. Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut, peneliti lain menemukan bahwa tulang belulang tersebut mungkin berasal dari luar Yinxu.
Untuk menjelaskan penemuan tersebut, peneliti kemudian menggunakan catatan dalam prasasti "tulang ramalan" di Tiongkok. Prasasti-prasasti tersebut telah mengungkap bahwa objek pengorbanan adalah orang asing. Para pemimpin Yinxu menangkap banyak orang asing ketika perang. Sehingga, analisis isotop mampu menjadi tambahan bukti fisik untuk mendukung skenario tersebut.
“Arkeologi telah menjadi lebih interdisipliner, meminjam lebih banyak teknik dari ilmu-ilmu lain yang memungkinkan kami untuk melihat ke masa lalu dengan tingkat detail dan akurasi yang sepenuhnya baru,” kata Christina Cheung dari Simon Fraser University.
Baca Juga: Pestisida, Berbahaya dan Sekaligus Menjadi Candu Bagi Lebah Madu
Para ilmuwan juga mengungkap rincian baru tentang gaya hidup korban ritual pengorbanan. Pada tahun 2013, arkeolog bernama Andrew Wilson dari Universitas Bradford menyelidiki tiga mumi berusia sekitar 500 tahun yang ditemukan di dekat puncak gunung api Llullaillaco di Argentina.
Source | : | discovermagazine.com |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR