Kerap Terjadi, Bencana Hidrometeorologi Juga Perlu Kita Waspadai

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 4 Oktober 2018 | 14:55 WIB
Banjir merupakan salah satu bentuk bencana hidrometeorologi. (Ronny Adolof Buol/Kompas.com)

Nationalgeographic.co.id - Pernahkah Anda mendengar tentang bencana hidrometeorologi? Istilah ini mulai sering dibahas beberapa tahun belakangan.

Pada dasarnya, bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan oleh parameter-parameter meteorologi, seperti suhu, tekanan, curah hujan, angin, kelembapan, dan yang lainnya. Contohnya meliputi banjir, kekeringan, badai, dan tanah longsor.

Indonesia sendiri cukup sering mengalami bencana hidrometeorologi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bahkan mengatakan bahwa frekuensi dan intensitas bencana tersebut, terus meningkat selama 15 tahun terakhir.

Baca Juga : 5 Gempa yang Mengakibatkan Tsunami Paling Mematikan Abad Ini

Pada 2017, dari 2.341 bencana yang terjadi di Indonesia, sekitar 92%nya merupakan bencana hidrometeorologi. Meliputi banjir (787 kejadian), puting beliung (716), tanah longsor (614), kebakaran hutan dan lahan (96), banjir dan tanah longsor (76), kekeringan (19), dan gelombang pasang dan abrasi (11).

Tercatat ada 156 warga yang tewas, 168 jiwa luka-luka, 52.930 pengungsi dan tujuh ribu lebih rumah rusak akibat longsor selama 2017.

Sementara dampak banjir menewaskan 135 orang, melukai 91 warga, membuat 2,3 jta jiwa mengungsi dan merusak ribuan rumah. 

Selain itu, dari 716 kejadian puting beliung 30 orang tewas, 199 jiwa luka-luka, 14.901 penduduk harus mengungsi sekitar 15 ribu rumah rusak.

Tidak hanya warga, pemerintah pun mengalami dampak dari bencana hidrometeorologi tersebut. Diperkirakan kerugian dan kerusakan akibat bencana mencapai puluhan triliun rupiah.

Ulah manusia dan perubahan iklim

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa meningkatnya bencana hidrometeorologi disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat ulah manusia (antropogenik) dan faktor perubahan iklim. Khusus untuk banjir, longsor, dan puting beliung, penyebab dominannya lebih ke antropogenik. 

“Alam memang berpengaruh terhadap curah hujan. Namun, kalau lingkungan dan ekosistem tertata dengan baik, kejadian bencana tidak akan terus meningkat,” kata Sutopo, dilansir dari Republika.co.id, Januari 2018 lalu.