Gempa Palu: Ban Bekas Sebagai Upaya Pencegahan Gedung Runtuh

By National Geographic Indonesia, Kamis, 4 Oktober 2018 | 14:58 WIB
Getaran gempa yang tidak teredam dapat mematahkan struktur bangungan. (Francesco Scatena/Getty Images/iStockphoto)

Baca Juga : 5 Gempa yang Mengakibatkan Tsunami Paling Mematikan Abad Ini

Gempa menyebabkan karet berubah bentuk, menyerap energi dari getaran seperti cara yang sama pada bodi mobil penyok dalam kecelakaan untuk melindungi orang-orang di dalamnya. Kekakuan partikel pasir di tanah dan gesekan di antara keduanya membantu menjaga konsistensi campuran tersebut.

Saya dan rekan saya telah menunjukan bahwa menggunakan campuran karet dan tanah juga dapat mengubah frekuensi alami dari fondasi tanah dan mengubah cara fondasi tersebut berinteraksi dengan struktur bangunan di atasnya.

Ini bisa membantu menghindari fenomena resonansi yang biasanya terjadi ketika gaya seismik memiliki frekuensi yang sama dengan getaran alami bangunan. Jika getaran cocok mereka akan saling memperkuat getaran satu sama lain, secara dramatis memperkuat guncangan gempa dan menyebabkan struktur bangunan runtuh, seperti yang terjadi pada kasus terkenal di jembatan Tacoma Narrows, Washington, Amerika Serikat pada 1940. Menggunakan campuran karet dan tanah dapat mengimbangi getaran sehingga hal seperti ini tidak kembali terjadi.

Masa depan yang menjanjikan

Kunci untuk membuat teknologi ini bekerja adalah dengan menemukan persentase karet yang optimal untuk digunakan. Kalkulasi awal kami sejalan dengan hasil kalkulasi dari riset lain. Ini menunjukkan bahwa lapisan campuran karet dan tanah dengan tebal antara satu dan lima meter di bawah bangunan akan mengurangi gaya akselerasi horisontal maksimum gempa bumi antara 50% dan 70%. Hal ini adalah elemen yang paling destruktif dari gempa bumi untuk bangunan tempat tinggal.

Kami sekarang mempelajari bagaimana bentuk-bentuk fondasi campuran karet-tanah yang berbeda dapat membuat sistem lebih efisien, dan bagaimana hal itu dipengaruhi oleh berbagai jenis gempa bumi. Bagian dari tantangan ini penelitian ini adalah menguji sistem.

Kami membangun model berskala kecil untuk mencoba memahami cara kerja sistem dan menilai keakuratan simulasi komputer. Tapi mengujinya di dunia nyata membutuhkan gempa bumi yang sebenarnya, dan hampir tidak mungkin mengetahui kapan tepatnya dan di mana gempa terjadi.

Ada beberapa cara untuk mengujinya melalui percobaan skala besar, yang melibatkan pembuatan model bangunan berukuran penuh dan mengguncangnya untuk mensimulasikan kekuatan dari gempa bumi nyata yang tercatat. Tetapi ini membutuhkan dana dari institusi atau perusahaan besar. Maka itu, ini hanya masalah mencoba solusi pada bangunan nyata dengan meyakinkan pemilik properti bahwa cara ini berharga.

Baca Juga : Hasil Gambar Citra Satelit Sebelum dan Sesudah Gempa Sulawesi Tengah

 

Juan Bernal-Sánchez, PhD Resarcher, Edinburgh Napier University

Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.