Menolak Vaksin, Korban Jiwa Akibat Penyakit Campak Semakin Meningkat

By Gita Laras Widyaningrum, Rabu, 24 Oktober 2018 | 10:52 WIB
Gerakan antivaksin yang semakin berkembang memicu peningkatan kasus campak di seluruh dunia. (RomoloTavani/Getty Images/iStockphoto)

Sebuah laporan pada 2014 menunjukkan, upaya untuk memperbaiki kesalahan informasi itu masih kalah dengan kampanye antivaksin yang dilakukan di internet.

Jika pesan-pesan antivaksin terus beredar, maka korban akibat wabah campak bisa semakin meningkat. Lima persen saja dari populasi yang menolak vaksinasi, dapat memiliki efek tidak poporisonal pada kesehatan masyarakat – jumlah kasus campak selama setahun bisa meningkat tiga kali lipat.

Baca Juga : Peneliti: Malas Olahraga Lebih Berbahaya Bagi Tubuh Dibanding Merokok

Ini tidak hanya memengaruhi pasien terinfeksi, tapi juga ekonomi negara. Wabah dapat meningkatkan beban rumah sakit dan menghabiskan dana sekitar 2,1 juta dollar AS atau Rp31 miliar hanya untuk sektor kesehatan.

Campak mudah menular dan sangat mematikan bagi anak-anak. Pada 2016, ada 89.780 kematian akibat campak di seluruh dunia. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun.

“Banyak orang meremehkan campak. Bahkan, menganggap penyakit ini tidak pernah ada. Mereka tidak sadar bahwa anak-anak mereka berisiko mengidap campak, meningitis, dan kerusakan otak secara permanen jika tidak divaksin,” papar Jeffrey D. Klausner, profesor kedokteran di University of California.