WHO: Mayoritas Anak-anak di Dunia Menghirup Udara Tercemar dan Beracun

By Gita Laras Widyaningrum, Kamis, 1 November 2018 | 10:22 WIB
Seorang anak laki-laki menggunakan masker untuk mengurangi efek polusi udara di Beijing, Tiongkok. (Lutfi Fauziah)

Nationalgeographic.co.id – Sebuah laporan terbaru dari World Health Organization (WHO) menemukan fakta bahwa pencemaran udara global memiliki dampak luas dan dahsyat pada kesehatan anak-anak.

Penemuan ini mengungkapkan, 93% anak-anak berusia di bawah 15 tahun sedang menghirup udara penuh polusi dan beracun. Selain itu, 630 juta anak di bawah usia 5 tahun juga mengalami masalah perkembangan yang serius.

“Udara tercemar meracuni jutaan anak di dunia dan menghancurkan hidup mereka,” kata Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, dalam sebuah pernyataan.

“Ini tidak boleh diabaikan. Setiap anak harus menghirup udara bersih sehingga mereka bisa tumbuh dan memanfaatkan potensinya dengan baik,” imbuhnya.

Baca Juga : Kekeringan Melanda Wilayah Jawa Tengah, Status Darurat Diperpanjang

Laporan WHO tersebut dirilis bersamaan dengan Global Conference on Air Pollution and Health. Itu menggambarkan secara detail tentang dampak buruk dari polusi.

Pencemaran udara dapat terjadi di dalam maupun luar rumah – didefinisikan oleh konsentrasi partikel halus yang ada di udara (kurang dari atau setara dengan 2,5 mikrometer).

Karena anak-anak sedang berada dalam tahap perkembangan penting, menghirup udara lebih cepat dari orang dewasa, dan berada lebih dekat dengan permukaan tanah, mereka sangat rentan terhadap partikel kecil tersebut.  

Jika pencemaran udara meningkat dari batas aman, itu dapat menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan yang merugikan, seperti asma, inflamasi pernapasan, penurunan fungsi paru-paru, bahkan kanker.

Menggunakan data kualitas udara global serta tingkat infeksi saluran pernapasan pada anak-anak, laporan WHO menemukan bahwa pada 2016, 600 ribu anak di bawah 15 tahun, meninggal karena infeksi saluran pernapasan bawah akut yang disebabkan udara tercemar.

WHO menyebutkan, “ini beban yang sangat berat di pundak yang kecil”. Dan beban tersebut semakin berat bagi anak-anak yang tinggal di negara berkembang.

Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, 98% anak-anaknya terpapar kualitas udara di bawah batas WHO. Sementara itu, pada negara maju, ada 52% anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terpapar udara buruk.