Ratusan Politisi Dibunuh di Jerman Setelah Perang Dunia I, Mengapa?

By Gita Laras Widyaningrum, Jumat, 2 November 2018 | 17:06 WIB
Pasukan Freikorps. (Universal History Archive/Getty Images via History.com)

Karena pemerintahan baru tidak memiliki otoritas, mereka jadi bergantung kepada Freikorps untuk menangani krisis. Secara tidak langsung, pemerintahan yang lemah memberi kebebasan pada Freikorps untuk meneror siapa pun yang menjadi musuh mereka.

Politisi dibunuh

Ketika pemerintahan Republik mulai stabil, Freikorps semakin menghilang. Namun, ini bukan akhirnya. Orang-orang inti yang terlibat di dalam Freikorps terus berjuang melawan pemerintah melalui Organization Consul – organisasi paramiliter sayap kanan yang dengan berani membunuh musuh-musuh politiknya.

Dibentuk pada 1920, Organization Consul memiliki anggota di seluruh Jerman yang bersumpah akan menjunjung tinggi nasionalisme, memerangi Yahudi dan kelompok kiri, melawan pemerintahan baru, serta melucuti senjata yang dimiliki negara.

Aktivitas kelompok ini dibiayai dari uang yang disisihkan pemerintah pendukung Freikorps sebelumnya. Organization Consul juga didukung secara terbuka oleh mereka yang menolak presiden di Republik Weimar. Bahkan, hakim yang seharusnya memberikan hukuman pun menutup mata pada kekerasan yang dilakukan oleh Organization Consul. Padahal, mereka telah membunuh pejabat pemerintahan.

Matthias Erzberger dan Walter Rathenau, target Organization Consul. (Hulton-Deutsch Collection/Corbis/Getty Images & Waldemar Titzenthaler/ullstein bild/Getty Images)

Dengan ini, Organization Consul dengan cepat menjadi salah satu kelompok yang paling kuat dan berbahaya di zaman itu. Target utamanya adalah Matthias Erzberger, Menteri Keuangan Jerman. Kelompok sayap kanan sangat marah karena Erzberger menandatangani Perjanjian Versailles dan mereke kecewa dengan reformasi pajak yang ketat dalam rangka menstabilkan ekonomi negara yang goyah.

Erzberger sedang berjalan di dekat spa Jerman pada 1921, ketika ia ditembak oleh dua anggota Organization Consul.

Kelompok ini pun kembali menyerang pada 1922. Saat itu, targetnya adalah Walther Rathenau, Menteri Luar Negeri Jerman. Karena sangat cerdas di bidang ekonomi, Rathenau ditugaskan untuk memulihkan finansial negara tersebut dan menangani hubungan luar negeri Jerman. Namun, sayap kanan menolak kebijakan ekonominya dan memfitnah hasil kerja Rathenau -- termasuk isu memberikan uang pada negara pemenang perang.

Rathenau sendiri merupakan seorang Yahudi dan dia sadar keyakinannya juga ini membuatnya menjadi target. Pada Juni 1922, ia ditembak dari jarak dekat oleh pembunuh bayaran Organization Consul.

Baca Juga : Pembantaian di Babi Yar, Bukti Kekejaman Nazi Pada Yahudi Soviet

Pembunuhan tersebut disambut dengan perayaan terbuka yang dilakukan kelompok sayap kanan sambil menyanyikan lagu antisemitisme. Namun, warga Jerman lainnya sangat terkejut karena anggota pemerintah dibunuh begitu saja hanya karena dirinya seorang Yahudi.

Meski akhirnya Republik Weimar melarang Organization Consul, namun itu sudah terlambat. Antara tahun 1918 hingga 1922, kelompok tersebut dan grup paramiliter lainnya telah melakukan 354 pembunuhan politisi.

Setelah pembubaran, seperti Freikorps, Organization Consul hanya berganti nama dan terus melakukan teror, hingga akhirnya berkuasa dengan Nazi.