Kisah Para Pengidap HIV/AIDS di Pantura Melawan Stigma Buruk Mayarakat

By National Geographic Indonesia, Jumat, 23 November 2018 | 08:00 WIB
Lokalisasi Janem. (Rahmad Azhar Hutomo)

Program Pantura ini dilaksanakan oleh organisasi WAPA (Warga Peduli HIV/AIDS) yang berlokasi di desa Sukareja, kabupaten Subang. WAPA juga bekerja sama dengan masyarakat sekitar, dokter, tokoh agama, waria, ODHA, dan LSM.

Levi (35) anggota WAPA. (Rahmad Azhar Hutomo)

Salah satu tantangan bagi WAPA adalah stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. Perlakuan buruk terhadap ODHA merupakan bentuk diskriminasi yang muncul karena adanya prasangka negatif atau stigma.

Yanti (30 tahun), bukan nama sebenarnya, waria yang juga ODHA, mengalami diskriminasi dari tetangga di kampungnya. Sering kali ia tidak diijinkan untuk sholat di masjid. Piring atau gelas yang habis dipakainya langsung dibuang pemiliki warung.

Stigma terhadap ODHA ini begitu melekat karena penyakit ini sering dikaikan dengan penggunaan jarum suntik untuk obat terlarang, perilaku seks bebas serta hubungan seksual dengan sesama jenis. Padahal di luar itu, HIV/AIDS juga bisa ditularkan melalui transfusi darah, antara ibu dan bayi selama kehamilan, melahirkan, dan menyusui serta transplantasi organ. Tidak mudah menghilangkan stigma tentang ODHA.

“Di masyarakat, ODHA itu identik dengan penyakit kotor,” tutur Levi (35 tahun) salah satu waria pengidap HIV sekaligus anggota WAPA yang aktif mendorong sesama ODHA untuk terus meminum obat antiretroviral (ARV).

Menurut Bactiar Rivai, dokter yang bertugas di klinik Sahabat Pantura, jika ODHA rutin meminum ARV maka harapan hidupnya lebih panjang. ARV dapat meredam virus agar tidak menyerang pertahanan tubuh.

Klinik Sahabat Pantura ini dibangun sebagai bentuk kepedulian sosial PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field. Sebvelum ada klinik Sahabat Pantura, untuk memperoleh ARV, pengidap HIV/AIDS ini harus menumpuh jarak sekitar 70 kilometer dari wilayah Pantura ke RSUD Ciereng, Subang.

Jarak yang jauh serta kendala transportasi menyebabkan sebagian besar ODHA di wilayah Pantura tidak rutin meminum obat. Padahal, ARV harus diminum secara rutin seumur hidup. Puskemas Pamanukan juga merupakan satu-satunya puskesmas yang memiliki klinik HIV/AIDS.

Obat antiretroviral. (Rahmad Azhar Hutomo)

Selain pemberian ARV, klinik ini juga melayani VCT (Voluntary Counselling and Testing) atau tes HIV serta konseling dengan aktivis HIV/AIDS. Selama setahun berdiri, sudah ada bantuan ARV kepada 55 orang dan VCT 538 orang.

Selain klinik ada 2 program lain yaitu KASIH PANTURA (Kampung Edukasi Pencegahan HIV/AIDS Ramah Lingkungan) dan Oemah Ngariung. KASIH PANTURA bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang HIV/AIDS, ODHA, dan pencegahan penyebaran penyakit HIV/AIDS.