Nationalgeographic.co.id - Sebuah laporan terbaru mengenai perubahan iklim mengungkap bahwa langkah-langkah besar dibutuhkan untuk menghindari munculnya bencana karena peningkatan suhu global.
Dengan pohon dan tumbuhan, alam menyediakan cara terbaik dalam menyerap karbon dioksida yang menyebabkan pemanasan bumi dari atmosfer. Ketika hutan semakin hilang, salah satu cara untuk memulihkan hutan yang sudah rusak akibat ulah manusia adalah dengan memanfaatkan tambang tua.
Baca Juga : Mencegah Begpackers, Ini yang Dilakukan Thailand dan Hong Kong
Di West Virginia, terdapat deretan tambang batubara yang mencemari bumi. Saat ini, para pakar sedang berusaha untuk mengubah lokasi tersebut menjadi hutan yang dulu pernah menutupi kawasan pengunungan Appalachian di Amerika.
Di dalam Hutan Nasional Monongahela, di West Virginia terdapat hutan perawan yang langka.
"Tinggal di pantai timur Amerika, hanya sedikit tempat yang belum pernah dijamah manusia," ungkap Shane Jones, seorang pakar biologi dari Dinas Kehutanan Amerika.
Hal tersebut, menjadi kabar baik karena hutan cemara merah sangat bagus untuk menyerap karbon dioksida.
"Lihat semua bahan organik ini? Warnanya hitam karena kadar karbon yang dikandungnya sangat tinggi," ucap Jones.
Aikbat dari penebangan dan penambangan batu bara, 90 persen hutan cemara merah telah rusak dan hilang dari Pegunungan Appalachia.
Pembakaran batu bara untuk energi semakin menumpuk karbon dioksida di atmosfer. Jika suhu bumi semakin memanas, maka kebutuhan hutan untuk mengenyahkan CO2 semakin mendesak.
Chris Barton dari University of Kentucky menyebutkan bahwa hutan tropis mendapat perhatian paling besar atas konteks ini. "Namun di daerah beriklim sedang di dunia, di Appalachia, terdapat miliaran pohon yang berpotensi kita tanam," ungkap Barton.
Menurut Barton, tidak ada lagi tempat yang lebih baik dan bagus untuk menanam pohon-pohon tersebut selain di bekas tambang-tambang tua.
Situasi ini mendorong Barton untuk mendirikan kelompok yang disebut Green Forests Work. Kelompok ini didirikan untuk menanam pohon di kawasan 400 ribu hektar hutan Appalachian, yang sebelumnya dibuka untuk pertambangan.
Baca Juga : Bumi Mengisap Air Laut dalam Jumlah yang Banyak, Apakah Berbahaya?
Namun, pada saat proses penanaman, terdapat beberapa masalah, salah satunya terkait dengan tanah di tempat tersebut. Barton mengatakan bahwa pohon yang ditanam di sana tidak akan bisa tumbuh. Tanah yang terlalu padat membuat air tidak dapat meresap, akar pohon tidak bisa menembus, dan oksigen tidak dapat bersirkulasi dalam lingkungan yang seperti itu.
Maka, solusi yang mereka pilih adalah dengan cara menggemburkan tanah yang padat agar pohon-pohon yang ditanam bisa menancapkan akar. Setelah menjalankan ide tersebut, hasil sudah mulai terlihat. Pohon-pohon kembali tumbuh di tanah yang sudah digemburkan dan ditanami.
Walaupun langkah ini memiliki tanda keberhasilan, tetapi Shane Jones mengatakan bahwa kita memerlukan puluhan tahun untuk memulihkan hutan. Alam memang bekerja dengan lambat. Namun, dapat berhasil.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR