Nationalgeographic.co.id - Setiap kali kembali dari perjalanan bisnis, Kang Sung-il selalu membeli oleh-oleh mainan untuk Sancho, anjing jenis Pomeranian peliharaannya.
Pada liburan Tahun Baru Imlek tahun ini, Sancho punya baju baru seharga $50 atau sekitar Rp 770.200. Sung-il membelikan baju itu untuk dikenakan Sancho saat mengunjungi ‘nenek’, Ibu Kang Sung-il.
Menurut Kang dan istrinya, biaya untuk membesarkan anak-anak terlalu mahal dan terlalu banyak tekanan. Jadi, Kang dan istrinya lebih memilih untuk membanjiri Sancho dengan kasih sayang dan hadiah.
Baca Juga : Enam Manfaat Membaca Buku Fiksi yang Perlu Anda Ketahui
Mereka tidak sendirian. Industri hewan peliharaan Korea Selatan sedang naik daun. Berkembangnya industri hewan peliharaan dipicu oleh faktor-faktor yang sama, yang membuat angka kelahiran negara itu hanya 1,05 kelahiran per perempuan, terendah di dunia. Tingginya biaya pendidikan dan perumahan serta hari kerja yang sangat panjang juga menjadi salah satu faktornya.
“Tekanan sosial di Korea Selatan menuntut para orang tua untuk menyediakan kebutuhan anak selama beberapa dekade dari sekolah swasta hingga bimbingan belajar kelas seni,” kata Kang yang bekerja sebagai manajer di rumah pemakaman hewan pemeliharaan.
Ia berkata sulit untuk membayangkan bisa membayar semua itu, tetapi merasa senang untuk menghabiskan sekitar 100.000 won atau sekitar Rp 1,25 juta per bulan untuk Sancho.
Selain mahalnya biaya pendidikan, data dari Bank KB Kookmin menunjukkan rata-rata orang Korea Selatan harus menganggarkan uang setara sekitar 12,8 tahun pendapatan untuk membeli rumah kelas menengah, dibandingkan dengan 8,8 tahun pada 2014.
Tekanan berikutnya adalah, orang Korea Selatan menduduki posisi ketiga dengan waktu kerja terbanyak di antara negara-negara yang tergabung dalam Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD-Organisation for Economic Co-operation and Development), hanya tertinggal dari Meksiko dan Costa Rica.
“Populasi hewan peliharaan meningkat seiring dengan pilihan orang-orang untuk tidak memiliki bayi atau bahkan menikah,” kata Kim Soo-kyung, manajer Samjong KPMG Economic Research Institute (ERI).
Data pemerintah menunjukkan, keluarga yang memiliki hewan peliharaan melonjak hingga 28 persen pada 2018, dibandingkan dengan 18 persen di 2012.
Hal ini telah memacu industri perawatan hewan peliharaan untuk menawarkan berbagai hal mulai dari diet hewan peliharaan hingga pemotretan berharga fantastis. Perusahaan rintisan yang berhubungan dengan hewan peliharaan juga kini menjadi populer di kalangan usaha kapitalis.
Menurut Korea Rural Economic Institute (KREI) , industri terkait hewan peliharaan di Korea Selatan bernilai 2,7 triliun won atau sekitar Rp 34 triliun pada tahun lalu dan bisa lebih dari dua kali lipat pada 2027.
Menangguk untung hewan peliharaan
Salah satu perusahaan yang mencari keuntungan dari berkembangnya industri itu adalah Pet Pick, yang memproduksi makanan khusus untuk lebih dari 10.000 hewan. Pet Pick merupakan satu dari empat perusahaan rintisan hewan peliharaan yang menerima investasi dari GS Home Shooping, pengecer online yang merupakan bagian dari perusahaan konglomerat GS Holdings Corp.
“Kami hanya menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi, seperti salmon dan buah cranberry sehingga produk kami dua kali lebih mahal dari makanan hewan kering biasa,” kata pendiri Pet Pick, Park Eun-byul.
“Banyak dari pelanggan kami adalah anak muda, yang merawat hewan peliharan mereka layaknya anak sendiri dan bersedia untuk membayar lebih,” kata Park.
Perushaan pendanaan terkemuka, Korea Investment Partners (KIP), berinvestasi pada dua perusahaan rintisan hewan peliharaan pada 2018. Dua perusahaan itu adalah Bacon, yang membuat mainan bertema liburan seperti Natal dan Halloween, dan Pet Friends yang bisa mengirimkan produk-produk hewan peliharaan dalam waktu satu jam.
KIP juga berencana untuk berinvestasi dalam piknik yang menjual makanan hewan peliharaan buatan tangan akhir tahun ini.
Perusahaan-perusahaan lain yang sudah mapan juga turut berinvestasi. Meritz Fire & Marine Insurance berhasil menggaet lebih dari 6.000 pelanggan dalam waktu tiga bulan setelah meluncurkan produk asuransi hewan pada Oktober lalu, dibandingkan dengan hanya sekitar 100 per tahun untuk program asuransi sebelumnya.
Penjualan produk hewan peliharaan di CJ ENM TV dan toko online naik tiga kali lipat tahun lalu, dari penjualan pemurni air berbentuk kaktus untuk kucing seharga lebih $100 dari Rp 1,4 juta.
“Itu dua kali lebih mahal daripada pemurni air biasa tapi kami menjual beberapa lusin setiap harinya,” kata Lee Da-woon yang membeli produk itu untuk dijual kembali secara online.
Baca Juga : Monika Karma, Pendekar Kemanusiaan dari Kampung Ayam
Layanan pemakaman hewan peliharaan juga semakin populer dan tempat Kang Sung-il sekarang memiliki lebih dari 10 layanan sehari, dibandingkan dengan 3-5 layanan saja saat dibuka dua tahun lalu.
Di Namyangju, tepat di luar Seoul, Lee Jae-hwan berjalan-jalan setiap harinya sambil membawa guci dengan abu dari anjingnya, Kkotgae. Hal itu merupakan rutinitas mereka yang dilanjutkannya, meski Kkotgae sudah tiada.
“Saya selalu mengenalkan Kkotgae sebagai satu-satunya putra saya, yang paling saya cintai di dunia,” kata Lee, 51 tahun, tersedu. Saat wawancara di kediamannya, tampak meja upacara dengan foto Kkotgae, beberapa makanan dan dupa pembakaran.
“Dia tidak pernah melihat laut. Saya berharap dapat mengunjunginya bersama.”
Artikel ini pernah tayang di voaindonesia.com. Baca artikel sumber.
Source | : | Voaindonesia.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR