Anda tidak akan menemukan perayaan Valentine di Wales pada 14 Februari. Penduduk di sana kerap merayakan Saint Dwynwen–seorang santo pelindung cinta–pada tanggal 25 Januari.
Satu hadiah tradisional di Wales adalah sendok cinta. Pada awal abad ke-17, Pria Wales mengukir sendok kayu dengan ukiran yang rumit sebagai tanda kasih sayang untuk wanita yang mereka cintai. Pola dan simbol yang diukir di sendok cinta ini, masing-masing memiliki arti yang berbeda. Sebagai contoh misalnya, sepatu kuda, ukiran ini mewakili keberuntungan, sedangkan roda dilambangkan sebagai dukungan dan kunci melambangkan untuk hati manusia.
Hingga saat ini, sendok cinta ini juga ditukar dalam perayaan seperti pernikahan, ulang tahun, dan kelahiran.
Tiongkok
Hari Valentine di Tiongkok, disebut China Qixi atau Malam Festival Ketujuh. Perayaan tersebut berlangsung pada hari ketujuh dari bulan lunar ketujuh setiap tahun.
Menurut legenda Tiongkok, Zhinu, seorang putri raja surgawi, dan Niulang, seorang gembala sapi miskin, jatuh cinta, menikah dan mempunyai anak kembar. Ketika ayah Zhinu mengetahui pernikahan mereka, ia mengirim ratunya untuk membawa Zhinu kembali ke bintang. Setelah mendengar teriakan Niulang dan anak-anak, raja akhirnya memperbolehkan Zhinu dan Niulang untuk bertemu sekali setahun pada saat Qixi.
Baca Juga : Bersejarah, Paus Fransiskus Injakkan Kaki di Uni Emirat Arab
Selama Qixi, wanita muda mempersiapkan persembahan melon dan buah-buahan lain untuk Zhinu dengan harapan menemukan suami yang baik. Para pasangan juga berdoa ke kuil untuk kebahagiaan dan kesejahteraan.
Pada malam hari, orang melihat ke langit untuk menyaksikan bintang-bintang Vega dan Altair (yang melambangkan Zhinu dan Niulang) bertemu.
5. Inggris
Pada malam Hari Valentine, para wanita di Inggris akan menempatkan lima lembar daun salam di bantal mereka agar dapat memimpikan suami masa depan mereka. Atau, mereka akan membasahi daun salam dengan air mawar dan menempatkannya di bantal mereka.
Di Norfolk, Jack Valentine yang bertindak sebagai Santa di hari Valentine akan datang dan membagikan permen dan hadiah kecil kepada anak-anak.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR