Nationalgeographic.co.id – Saat ahli biologi kelautan, Darrel Blatchley, sampai di desa nelayan di Filipina pada Sabtu lalu, paus berparuh Cuvier muda sudah mengambang dan mati di perairan. Matanya tampak cekung dan tulang rusuk yang menonjol menembus kulitnya.
Meski saat itu hanya melihat sekilas, Blatchley sudah tahu apa penyebab kematian paus sepanjang 4,5 meter tersebut.
“Saya tahu bahwa ia mati karena menelan plastik,” ujar pria yang juga pendiri D’Bone Collector Museum. Menurutnya, paus itu menunjukkan tanda-tanda dehidrasi dan tubuhnya sangat kurus.
“Meski begitu, saya sangat terkejut ketika mengetahui jumlah sampah plastik yang ada di tubuhnya,” tambah Blatchley.
Baca Juga : Penelitian: Polusi Udara Membunuh Lebih Banyak Orang Dibanding Rokok
Hasil autopsi mengungkapkan, ada lebih dari 40 kilogram sampah di perut paus muda ini. Meliputi kantung plastik belanja, empat karung pisang, dan 16 karung beras.
“Sampahnya sudah lama berada di sana. Perut paus mencoba menyerapnya tapi tidak bisa,” papar Blatchley.
Selama satu dekade terakhir, D’Bone Collector Museum telah menemukan 57 paus dan lumba-lumba yang mati setelah mengonsumsi sampah plastik serta jaring ikan.
Namun, jumlah sampah plastik yang ditemukan pada paus Cuvier muda ini merupakan ‘yang terbanyak’ dari sebelumnya.
“Ini tidak bisa dibiarkan,” ungkap Blatchley.
Baca Juga : Secara Sukarela, Warga Australia Mulai Bersihkan Laut dari Plastik
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR