Baca Juga : Manakah Indra Manusia yang Paling Baik? Berikut Jawaban Peneliti
Fleksibilitas senyawa ini memungkinkan plastik dipecah kembali kemudian digunakan untuk membuat barang lain. Sebagai contoh, plastik dari pelindung smartphone bisa didaur ulang menjadi karet jam tangan. Dengan PDK, kita mungkin bisa merevolusi statistik sampah plastik secara signifikan. Terutama dari 5-13 juta ton plastik yang mengalir ke lautan setiap tahunnya.
Tidak hanya itu, menurut United Nations Environment, ada satu juta botol plastik yang dibuang setiap menit dan 300 juta ton sampah plastik diproduksi setiap tahunnya. Bahan yang digunakan memang didesain untuk digunakan sekali pakai dan langsung buang.
"Keberhasilan atau kegagalan memperkenalkan plastik baru berbasis PDK ini ke pasaran, bergantung pada beberapa pertimbangan. Di antaranya ekonomi pembuatannya, kemanjuran infrastruktur daur ulang, serta kemampuan kami dalam mengolahnya kembali menjadi produk tertentu," papar Helms.
"Meskipun terlihat berbelit-belit, tapi ini juga menjadi waktu yang menyenangkan untuk mempertimbangkan seperti apa masa depan plastik."
"Bersaing dengan plastik yang ada adalah pertempuran yang sulit. Plastik itu murah," tambah Christensen ke IFLScience "Salah satu masalah mendasar terbesar dengan daur ulang secara umum adalah bahwa orang yang menghasilkan uang dari menjual produk plastik bukan orang yang sama yang menghasilkan uang dari mengumpulkan dan mendaur ulang plastik. "
Baca Juga : Gelang ini Dapat Berubah Warna Saat Mendeteksi Obat Bius dalam Minuman
Christensen menambahkan, bersaing dengan plastik yang sudah ada saat ini akan menjadi pertempuran sengit. Sebab, harga plastik yang biasa kita gunakan sudah sangat murah.
"Jadi, kunci untuk mempopulerkan plastik PDK adalah menemukan pasar yang tepat dari awal. Penting juga untuk mencari konsumen yang sangat peduli dengan daur ulang," ungkapnya.
Selanjutnya, tim berharap dapat mengembangkan plastik PDK dengan sifat termal dan mekanik untuk digunakan dalam tekstil, pencetakan 3D, dan busa. Mereka juga berusaha membuat platformnya 'lebih hijau' dan berkelanjutan.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Chemistry.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR