Nationalgeographic.co.id - Dua tahun lalu, University of Notre Dame mempublikasikan indeks yang mengungkapkan negara mana yang paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Dikenal dengan Notre Dame Global Adaptation Initiative (ND-GAIN), itu merupakan indeks komprehensif. Ia melihat kerentanan setiap negara, serta kesiapan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Entah dengan infrastruktur, persediaan makanan, atau kemampuan teknologi.
Baca Juga: Ke Mana Perginya Sampah Plastik dari Negara-negara Maju dan Industri?
Peta yang disusun oleh para ahli di Eco Experts menunjukkan lima negara teratas yang mampu bertahan dari perubahan iklim. Selain itu, ada pula lima negara terbawah yang diperkirakan paling terpengaruh oleh perubahan iklim.
Dari data tersebut, lima negara yang kemungkinan dapat bertahan, meliputi:
Sementara itu, lima negara yang paling terancam adalah:
Apakah Anda menemukan pola yang familiar? Bukan kebetulan bahwa negara kaya merupakan yang paling siap menghadapi perubahan iklim. Sebaliknya, negara dengan penghasilan terendah adalah yang paling rentan.
Meski begitu, salah satu hal terburuk tentang perubahan iklim adalah negara-negara yang merupakan pencemar paling produktif seringkali tidak terkena dampaknya. Jika terkena pun, tidak sebanding dengan yang dialami Afrika, India, Timur Tengah dan Afrika Selatan.
Mereka memiliki tingkat ekonomi menengah ke bawah, berada di sepanjang garis pantai (terancam banjir), posisi lintang rendah (kekeringan), serta situasi politiknya tidak stabil.
Inilah yang menjadi alasan mengapa Kesepakatan Paris muncul: yakni untuk mendorong negara-negara maju berkontribusi lebih banyak dalam membantu negara miskin.
Baca Juga: Selama Ramadan, Sampah di Masjid Istiqlal Naik Dua Kali Lipat. Apa Penyebabnya?
Meskipun indeks tersebut melihat kemampuan bertahan dalam skala negara, tapi pola yang sama juga diaplikasikan pada level lokal.
Baik di Amerika Serikat maupun Bangladesh, mereka yang hidup dalam kemiskinan selalu lebih menderita saat perubahan iklim menghampiri.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR