Nationalgeographic.co.id – Kita tahu bahwa stres memengaruhi kesehatan fisik dan psikologis, termasuk menimbulkan migrain, masalah pencernaan, hingga kecemasan.
Banyak orang berusaha mengatasi stres dengan mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak. Sebuah studi yang dipublikasikan pada Cell Metabolism menemukan fakta bahwa mengalihkan stres ke makanan dapat membuat berat badan kita bertambah.
Sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Profesor Herbert Herzog, kepala laboratorium gangguan makan di Garvan Institute of Medical Research, melihat bagaimana stres memengaruhi kenaikan berat badan tikus.
Mereka menemukan bahwa tikus-tikus yang berada pada lingkungan penuh stres, berat badannya bertambah lebih banyak dibanding kelompok tikus di lingkungan yang tidak stres.
Peneliti pun bertanya-tanya apa yang menyebabkan kenaikan berat badan tersebut. Setelah investigasi lebih lanjut, mereka menemukan molekul bernama NPY yang ‘mengatur’ stres makan. Dan ketika produksinya berhenti, tingkat kenaikan berat badan terbukti berkurang.
Baca Juga: Manfaat Makan Seafood: Meningkatkan Imun Tubuh dan Menjaga Mood
Meskipun tidak dapat menekan produksi NPY, tapi kita bisa membatasi hasilnya dengan mengurangi stres dan menghindari makanan olahan.
“Penemuan kami mengungkap lingkaran setan, di mana insulin tinggi yang didorong oleh stres dan kalori berlebih, nantinya akan mendorong kita semakin banyak makan,” papar Profesor Herzog.
“Ini semakin menguatkan gagasan bahwa mengonsumsi makanan berkalori tinggi saat sedang stres merupakan hal yang sangat buruk dan dapat mendorong obesitas,” tambah Kenny Chi Kin, pemimpin penelitian tersebut.
Secara keseluruhan , penelitian ini menunjukkan bahwa stres kronis yang dikombinasikan dengna mengonsumsi makanan olahan adalah pendorong utama kenaikan berat badan yang tidak sehat.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | mindbodygreen.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR