Tidak hanya beristirahat sejenak dan mengisi perut, anak-anak juga belajar cara makan. Dimulai dari mengenalkan berbagai jenis makanan seperti ikan, ayam, dan telur, hingga melatih mereka agar bisa memegang sendok dan makan sendiri tanpa disuapi. Bagi kita, kebiasaan makan ini adalah hal yang mudah. Namun, bagi ABK, perlu waktu yang lama agar mereka benar-benar bisa melakukannya, dan harus dilakukan berulang-ulang agar mereka tidak lupa.
Selain membina diri, anak-anak ini juga diajarkan salat, menghapal doa, dan surat-surat pendek. Mereka juga berlatih membaca dan menulis, berolahraga, dan mencoba mengenal lingkungan sekitarnya dengan kegiatan luar ruangan.
Tidak mudah memang mendidik anak berkebutuhan khusus. Dibutuhkan kesabaran ekstra, penuh kasih sayang, serta dedikasi tanpa batas. Namun, jika ditanya bagaimana kesan Yulianti selama mendidik anak ABK, ia dengan yakin menjawab: “Dukanya sedikit, banyakan sukanya.”
Baca Juga: Ceria Bersama Anak-anak Dreamable, Dari Impian Menjadi Kenyataan
Tak ada yang lebih menyenangkan bagi Yulianti selain melihat anak-anak didiknya bisa melakukan kegiatan sehari-hari. Mulai dari hal terkecil seperti makan, membersihkan kotoran, mandi, dan memakai baju sendiri.
Ia mengaku bahagia melihat perkembangan anak didiknya–dari yang tidak bisa apa-apa sampai bisa melakukan hal sederhana.
Yulianti yakin, dengan pendidikan dan pelatihan yang tepat di Sekolah Dreamable, ABK kelak bisa menjadi pribadi mandiri. Ia berharap, nantinya mereka dapat hidup berdampingan dan bersosialisasi dengan masyarakat.
“Jika orang tua atau keluarga mereka kelak sudah tidak ada, paling tidak mereka mampu hidup sendiri,” pungkas Yulianti.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR