Nationalgeographic.co.id - Bunuh diri dapat dicegah dengan mengenali faktor risiko dan tanda-tandanya. Butuh kepekaan orang terdekat maupun orang sekitar untuk mengenali tanda-tandanya.
Dokter spesialis kedokteran jiwa Nurmiati Amir mengatakan, biasanya bunuh diri terjadi pada saat depresi. Saat depresi, seseorang akan merasa sedih luar biasa, merasa tidak ada harapan, tidak ada masa depan dalam hidupnya.
Orang tersebut juga menjadi lebih sering bicara tentang kematian dan mengalami perubahan perilaku.
Baca Juga: 5 Faktor Umum Pemicu Bunuh Diri yang Berasal dari Kesehatan Mental
"Itu sudah tanda-tanda yang enggak bisa kita anggap enteng. Kata-kata akan bunuh diri itu juga tidak bisa kita anggap bercanda. Pada orang depresi itu (bunuh diri) bisa ia lakukan," kata Nurmiati.
Mereka yang berpikir untuk bunuh diri juga sering berbicara seperti orang putus asa, sering menyalahkan diri sendiri, mengembalikan barang-barang pinjaman, meminta maaf pada banyak orang, menarik diri dari lingkunganya, hingga tiba-tiba menelepon orang-orang terdekat atau yang disayangiya.
Baca Juga: 6 Jenis Tenaga Kesehatan Ini Bisa Bantu Tangani Masalah Mental
Menurut Nurmiati, hal itu merupakan tanda-tanda dini yang tak boleh diabaikan jika terjadi pada orang-orang berisiko, seperti mengalami depresi, muaupun memiliki gangguan jiwa.
"Ketika itu kita serius berbicara dengan dia, apa masalah kamu, kenapa kamu bicara seperti itu, kita punya masa depan, keluarga, dan sebagainya," ujar Nurmiati.
Jangan menghakimi dan menyalahkan orang yang berniat bunuh diri. Jadikanlah diri Anda tempat bercerita, namun tak perlu memaksa. Selain itu, bisa juga menyarankan untuk mengunjungi psikolog atau psikiater.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR