Nationalgeographic.co.id - Pertumbuhan belanja secara daring meningkat secara fenomenal. Pada tahun 2018, nilai pasar ritel Inggris tercatat sebesar 381 miliar poundsterling, dan jumlah transaksi online mencapai hampir seperlimanya. Pembelian bahan makanan mencapai 12,3 miliar poundsterling dan non-makanan sebesar 58,8 miliar poundsterling secara daring.
Sama seperti aktivitas manusia lainnya, perilaku ini memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Belanja secara daring membutuhkan berton-ton bungkus kemasan (secara keseluruhan, ritel di Inggris menggunakan 59 miliar barang plastik setiap tahun). Selain itu, pengiriman harian dalam jumlah besar menyebabkan pencemaran udara.
Meski demikian, ada cara bagi penjual dan pembeli yang menggunakan pengiriman ke rumah ini bisa menurunkan dampak lingkungan akibat gaya belanja secara daring.
Baca Juga: Dari Jamur ke Gaya Hidup Bebas Sampah, Kreativitas Warga Desa Kemiren Asri Manfaatkan Limbah
Nama-nama besar toko grosir secara daring yang mendominasi Inggris, seperti Tesco (dengan pangsa pasar 42,8%), Asda (18,41%), Ocado (16,16%) dan Sainsbury (14,09%), bisa berinvestasi pada kendaraan tanpa emisi (terutama listrik) untuk layanan pengiriman ke rumah mereka.
Hal tersebut justru menghasilkan emisi karbon yang lebih kecil ketimbang pelanggan menggunakan kendaraan sendiri untuk berbelanja.
Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan karena model pengiriman barang ke rumah kian populer, maka pengiriman ke banyak tempat dan slot waktu kirim yang beragam dalam satu kali trip juga mengurangi jumlah perjalanan yang harus ditempuh secara signifikan.
Ditambah lagi, penjual bisa mengoptimalkan pemilihan rute pengiriman dan menurunkan dampak terhadap lingkungan.
Untuk produk non-makanan, penjual tidak mengelola hingga tahap akhir barang sampai ke pelanggan karena biasanya menggunakan jasa kurir. Sehingga, penurunan jejak karbon tidak sama seperti dengan sepenuhnya menggunakan kendaraan rendah emisi untuk pengiriman.
Hal ini disebabkan para kurir tersebut menggunakan kendaraan pribadi mereka untuk mengantarkan paket.
Selain itu, pengemasan produk non-makanan secara terpisah dan menggunakan kemasan tambahan agar tidak rusak dalam proses pengantaran.
Tren lain yang memiliki dampak besar pada lingkungan adalah layanan yang menjamin kiriman sampai di hari berikutnya (dan bahkan pada hari yang sama).
Untuk non-makanan, hal ini berarti memerlukan ruangan penyimpanan barang untuk menjamin ketersediaan barang. Artinya, perlu energi lebih untuk menyimpan dan memindahkan barang.
Untuk produk makanan segar, stok barang yang selalu tersedia berarti peningkatan volume limbah makanan.
Sementara, layanan pengiriman kilat membutuhkan tambahan kendaraan agar cepat sampai. Seringkali, kendaraan hanya memuat sebagian dari kapasitas pengangkutan.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah pengiriman melalui daring tidak harus menggantikan kebutuhan kita pergi ke toko, yang menghasilkan peningkatan jejak karbon.
Penelitian menunjukkan bahwa pengembalian barang yang dibeli secara daring lebih besar ketimbang beli di toko. Akibatnya, sampah bertambah dan penggunaan transportasi meningkat.
Meski demikian, ada pilihan bagi konsumen untuk mengurangi dampak belanja mereka terhadap lingkungan.
Kalau jaraknya pendek, misalnya kurang dari 3 kilometer, maka akan menguntungkan bagi lingkungan jika berbelanja di toko. Pengiriman barang secara daring menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan apabila jarak tempuh yang lebih jauh.
Jika memungkinkan, pelanggan yang ingin mendapat manfaat dari pengalaman belanja online harus memilih opsi untuk mengambil barang di toko, sehingga mengurangi tuntutan logistik pada pemasok.
Kotak penyimpanan untuk pengambilan barang merupakan pilihan yang seimbang antara kenyamanan dan mengurangi dampak lingkungan. Pilihan yang lebih ramah lingkungan lagi dan tidak perlu berpergian adalah crowd-sourcing, yaitu orang mengantarkan paket sambil berpergian dengan biaya murah.
Dari perspektif pengemasan, kini semakin banyak toko yang menawarkan opsi bebas kantong plastik atau menawarkan alternatif dari kantong plastik. Konsumen yang sadar lingkungan harus mencari toko yang menawarkan opsi ini.
Baca Juga: Nepal Larang Penggunaan Plastik Sekali Pakai di Sekitar Everest
Yang menggembirakan, peritel ini sangat menyadari permasalahan yang ada dan banyak yang bekerja keras untuk mengatasi masalah lingkungan. Ada peningkatan dalam penggunaan kemasan biodegradable di seluruh rantai pasokan dan semakin fokus pada “penutupan siklus” - di mana pengecer bertanggung jawab untuk menggunakan kembali dan mendaur ulang produk.
Tetapi, masih ada elemen dari pendekatan belanja secara daring yang tidak berkelanjutan. Hal ini perlu diatasi untuk memenuhi tantangan global terkait kualitas udara dan pemanasan global.
Secara keseluruhan, kelestarian lingkungan dalam pasar ritel adalah masalah yang kompleks. Tetapi pilihan konsumen yang sederhana bisa membuat cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan.
Franklin Ronaldo menerjemahkan artikel ini dari Bahasa Inggris
Penulis: Stuart Milligan, Academic Manager of Procurement, Logistics & Supply Chain Management, University of South Wales dan Baris Yalabik, Senior Lecturer in Operations and Supply Management, University of Bath
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR