Beberapa pengidap fobia naik pesawat, mengatasi rasa takutnya dengan memegang kursi erat-erat, mempelajari info keselamatan dari pramugrari, serta menganalisis setiap turbulensi.
Namun, menurut Farchione, melakukan hal tersebut sebenarnya malah menambah rasa takut. Tindakan itu tanpa disadari memberi tahu pikiran mereka bahwa situasinya berbahaya, padahal sebenarnya tidak.
Sebaliknya, lakukan hal apa pun untuk mengalihkan perhatian. Baca majalah, menonton film, mendengarkan musik, atau berbincang dengan orang di sebelah Anda.
Jangan terlalu sering mengonsumsi obat
Jika Anda tidak terbang terlalu sering, tidak apa-apa untuk mengonsumsi alkohol sebelum penerbangan untuk menenangkan diri.
Namun, jika Anda sering bepergian dan selalu bergantung pada obat tidur, alkohol, atau zat kimia lain setiap ingin naik pesawat, maka secara tidak langsung Anda menerapkan kebiasaan buruk.
Baca Juga: Food for All, Aplikasi yang Membantu Toko Kurangi Sampah Makanan
Melakukan persiapan sebelum terbang
Banyak orang dengan pengalaman aviophobia mengalami kecemasan signifikan menjelang penerbangan. Pada beberapa kasus, Farchione mengatakan, kecemasan itu bisa lebih buruk daripada penerbangan itu sendiri.
“Dalam skenario tersebut, saya pikir penting bagi mereka untuk bertanya kepada diri sendiri apa yang sebenarnya ditakutkan. Melakukan hal tersebut bisa membantu mengidentifikasi sumber rasa takut,” paparnya.
Meminta bantuan profesional
Cara-cara yang telah disebutkan di atas, mungkin ampuh bagi orang-orang yang memiliki aviophobia ringan. Namun, untuk fobia berat, perlu bantuan profesional.
Terapi pemaparan–sebuah proses di mana seseorang secara bertahap dihadapkan kepada benda atau keadaan yang ditakutinya–sering digunakan untuk mengatasi fobia. Meski begitu, terapi pemaparan terkadang tidak cukup untuk merawat aviophobia. Menurut Farchione, perlu adanya simulasi penerbangan untuk membantu mengatasinya.
Source | : | time.com |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR