Nationalgeographic.co.id - Beberapa media sosial dan pencarian online membuat kita percaya bahwa meminum cuka apel dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Teman dan kerabat kita akan bercerita tentang kekuatan cuka sari apel untuk masalah penyembuhan apa pun. “Oh, sakit punggung itu karen memotong rumput? Cuka.” “Lima kilogram lagi yang perlu dikurangi? Cuka akan melelehkan itu.” “Sifilis, lagi? Tahu kan jawabnya - cuka.”
Sebagai seorang dokter praktik dan profesor kedokteran, orang-orang bertanya kepada saya tentang manfaat dari meminum cuka sari apel sepanjang waktu. Saya menikmati percakapan itu, karena kita dapat berbicara tentang sejarah dari cuka yang luas (ekstensif), dan kemudian menyaring percakapan tentang bagaimana cuka bisa, mungkin, menguntungkan mereka.
Secara historis, cuka telah digunakan untuk banyak penyakit. Beberapa contoh adalah dari dokter Yunani terkenal Hippocrates, yang merekomendasikan cuka untuk pengobatan batuk dan pilek, dan dokter Italia Tommaso Del Garbo, yang selama wabah pes pada 1348, mencuci tangan, wajah, dan mulut dengan cuka dengan harapan mencegah infeksi.
Cuka dan air merupakan sebuah minuman yang menyegarkan. Tentara Romawi hingga atlet modern meminumnya untuk memuaskan rasa haus mereka. Budaya kuno dan modern di seluruh dunia telah menemukan manfaat yang baik untuk “anggur asam.”
Meski ada banyak sekali kesaksian historis dan anekdot tentang keutamaan cuka, apa hasil penelitian medis tentang cuka dan kesehatan?
Baca Juga: Mengapa Stres Bisa Memengaruhi Nafsu Makan Kita?
Bukti yang paling dapat diandalkan untuk manfaat kesehatan cuka berasal dari beberapa studi manusia yang melibatkan cuka sari apel. Satu studi menunjukkan bahwa cuka sari apel dapat memperbaiki kadar glukosa darah setelah makan pada subjek yang resistan terhadap insulin. Ketika 11 orang yang “pra-diabetes,” minum 20 mililiter, sekitar satu sendok makan, cuka sari apel menurunkan tingkat gula darah mereka 30-60 menit setelah makan, lebih baik dibandingkan plasebo. Itu bagus–tapi itu hanya ditunjukkan pada 11 orang pra-diabetes.
Studi lainnya pada orang dewasa yang mengalami obesitas menunjukkan penurunan yang signifikan dalam berat, massa lemak, dan trigliserida. Para peneliti memilih 155 orang dewasa Jepang yang obesitas untuk menelan 15 ml, sekitar satu sendok makan, atau 30 ml, hampir dua sendok makan, cuka setiap hari, atau minuman plasebo, dan mengikuti berat badan mereka, massa lemak dan trigliserida. Dalam kelompok 15 ml dan 30 ml, peneliti melihat penurunan terhadap tiga peserta. Sementara studi ini membutuhkan konfirmasi oleh penelitian yang lebih besar.
Studi pada hewan, sebagian besar pada tikus, menunjukkan bahwa cuka dapat berpotensi mengurangi tekanan darah dan sel-sel lemak perut. Hal ini membantu studi untuk mengembangkan tindak lanjut pada manusia, tapi klaim manfaat yang hanya berdasarkan pada penelitian pada hewan bersifat prematur.
Secara keseluruhan, manfaat kesehatan soal cuka perlu dikonfirmasi oleh penelitian yang lebih besar dengan subjek manusia. Ini pasti akan terjadi karena para peneliti akan melanjutkan apa yang telah dipelajari pada manusia dan hewan hingga saat ini.
Baca Juga: Benarkah Tidur Menggunakan Kipas Angin Berakibat Buruk Bagi Kesehatan?
Apakah ada bukti bahwa cuka itu buruk untuk Anda? Tidak juga. Kecuali Anda meminumnya dalam jumlah berlebihan, atau meminum sebuah konsentrasi asam asetat tinggi seperti cuka putih suling yang digunakan untuk membersihkan lantai (kandungan asam asetat cuka yang dapat dikonsumsi hanya 4 hingga 8 persen), atau menggosoknya di mata Anda, atau memanaskannya dalam peralatan timah seperti yang dilakukan orang Romawi untuk membuatnya manis.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR