Nationalgeographic.co.id - Diperkirakan sekitar tujuh persen dari emisi gas rumah kaca berasal dari aktivitas produksi yang menggunakan kayu bakar dan arang. Ini mengkhawatirkan karena memicu deforestasi.
Melihat hal tersebut, perusahaan asal Kenya, Sanivation, mengumpulkan limbah kotoran manusia dari toilet khusus dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Inovasi ini memperbaiki sanitasi sekaligus menahan laju pembakaran kayu.
Baca Juga: Rekaman Drone Ini Tunjukkan Suasana Wuhan yang Seperti Kota Mati
"Mulanya semua orang mempertanyakan inovasi ini. Pasalnya, produk kami tidak terlihat seperti kotoran, tidak berbau seperti kotoran, dan mereka tidak akan tahu kecuali kami memberitahukannya,” ungkap Co-Founder sekaligus COO Sanivation, Emily Woods, dilansir dari laman World Economic Forum.
Ia menambahkan: “Di Afrika Timur, sekitar 90% penduduk menggunakan beberapa bentuk biomassa padat setiap hari seperti kayu bakar, arang, dan pelet (pellets). Hal ini yang menyebabkan, deforestasi menjadi masalah besar di Kenya dan di seluruh Afrika Timur.”
Tidak hanya di Afrika, menurut data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), pada 2017, lebih dari 2,4 miliar orang di dunia bergantung pada pembakaran kayu untuk memasak. Pengelolaan hutan yang tidak berkelanjutan akan berakibat pada lonjakan degradasi hutan dan deforestasi.
Sanivation sadar, jumlah karbon dan kalori dalam kotoran manusia sebanding dengan kayu bakar kering. Atas dasra itulah, mereka memutuskan untuk menggunakan kotoran manusia sebagai pengganti arang--dan tentunya lebih sustainable.
“Untuk setiap ton arang briket yang dijual, kami menghemat sekitar 88 pohon di Kenya. Orang-orang sebenarnya membeli bahan bakar kami karena (sadar dengan) dampak lingkungan," ungkap Woods.
Baca Juga: Akibat Polusi Cahaya dan Kerusakan Habitat, Kunang-kunang Terancam Punah
Dua kali seminggu, Sanivation mengumpulkan kontainer lumpur tinja dari sekitar 650 toilet khusus di seluruh Kenya dan membawanya ke fasilitas pengolahan. Ini dikombinasikan dengan limbah biomassa lain seperti serbuk gergaji dan mengubahnya menjadi bahan bakar yang aman dan higienis.
“Kami menyebutnya 'Mkaa kwa jamii', yang berarti ‘arang untuk keluarga’. Mereka dapat membakar sekitar dua kali lebih tahan lama dari arang lokal dan mengeluarkan sepertiga dari emisi, khususnya karbon monoksida dan partikulat," paparnya.
“Jika kita bisa mengumpulkan semua limbah manusia di Kenya, semua limbah pertanian cadangan, maka kita bisa memasok hampir 50% dari seluruh permintaan arang dan kayu bakar, sehingga laju deforestasi akan turun secara substansial,” pungkasnya.
Source | : | World Economic Forum |
Penulis | : | Daniel Kurniawan |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR