Kesimpulan Saffran itu didapat dari hasil penelitian saat memperdengarkan serangkaian catatan novel menggunakan nada pada 20 anak yang berusia 8 bulan. Sekelompok bayi mendengarkan serangkaian nada yang sama dan kelompok bayi lainya mendengarkan rangkaian nada yang berbeda.
Bayi yang mendengar nada yang sama persis dari sebelumnya mampu mengenali nada lebih cepat satu detik dari kelompok bayi yang mendengarkan nada yang berbeda-beda.
Baca Juga: Masuk Musim Hujan, Nyamuk Wolbachia Jadi Andalan Tekan Kasus DBD
Kemudian, bayi lebih memperhatikan suara yang dihasilkan dari catatan novel ketimbang suara lain yang baru mereka dengar. Oleh karena itu, didapatilah bahwa penelitian itu berkesimpulan bahwa bayi mengingat perfect pitch.
Di sisi lain, Saffran juga melakukan penelitian pada orang dewasa. Namun, mereka tidak bisa membedakan dan mengingat nada yang telah dibacakan. Dari sana, Saffran yakin bahwa di waktu bayi menuju dewasa, manusia akan berhenti memiliki kemampuan perfect pitch pada satu titik tertentu.
Professor Psikologi Universitas Bucknell Pennsylvania, Andrea R. Halpern tegas mengatakan bahwa memiliki kemampuan perfect pitch tidak menjamin seseorang menjadi seorang musisi yang baik.
Akan tetapi, catatan sejarah menunjukan bahwa J.S Bach, Ludwig Van Beethoven, dan Mozart memiliki kemampuan perfect pitch dan berhasil menjadi maestro.
Source | : | American Psychological Association |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR