Nationalgeographic.co.id - Berbagai aktivitas manusia terkadang memiliki dampak negatif dan tak terduga bagi alam dan satwa liar. Salah satu contohnya seperti yang dipaparkan dalam jurnal Current Biology. Hasil studinya mengungkapkan bahwa kepiting pantai kehilangan kemampuan untuk mengubah warna akibat suara kapal kargo.
Kemampuan mengubah warna ini bermanfaat sebagai pertahanan utama kepiting dari predator. Oleh sebab itu, jika frekuensi ekspor dan impor jalur laut semakin meningkat, maka kehidupan kepiting pun terancam.
Lebih lanjut, menurut penelitian tersebut, polusi suara yang diciptakan oleh aktivitas pengiriman telah meningkatkan kebisingan laut hingga 10 - 15 desibel.
Baca Juga: Musim Dingin Lebih Hangat, Beruang Mengalami Hibernasi Singkat
Untuk mengetahui apa efeknya terhadap kehidupan laut, para peneliti mengumpulkan kepiting pantai dengan cangkang gelap dan menempatkannya dalam tiga wadah berwarna putih. Ini dilakukan agar kepiting-kepiting itu ikut mengubah warna cangkangnya menjadi putih sebagai upaya untuk berbaur dengan lingkungan baru mereka.
Kemudian, satu dari tiga wadah tersebut diberikan rekaman suara kapal kargo. Sementara dua lainnya didengarkan suara bawah laut yang keras dan tenang.
Setelah delapan minggu, hasilnya menunjukkan bahwa kepiting yang mengalami kebisingan mengalami perubahan warna yang tidak sempurna--hanya berkamuflase setengahnya dibanding kepiting pada wadah dengan suara air tenang.
Baca Juga: Singa Berkantung Ini Hidup Jutaan Tahun Silam di Hutan Kuno Australia
Dilansir dari IFL Science, Emily Carter, pemimpin penelitian tersebut, menjelaskan bahwa dibutuhkan banyak energi agar kepiting ini dapat berubah warna. Namun, suara bising kapal membuat mereka menjadi stres sehingga tidak bisa menghasilkan energi yang banyak untuk bisa melakukan kamuflase.
Para peneliti kemudian memutar rekaman suara burung agar kepiting mengira bahwa ada pemangsa di dekatnya. Biasanya, kepiting pantai bergegas mencari perlindungan ketika mereka mendengar suara itu. Namun, setengah dari kepiting yang terpapar suara kapal tidak merespons sama sekali.
Emily menjelaskan, apa yang kepiting alami ini sebenarnya sama seperti manusia, yakni sulit berkonsentrasi ketika stres. "Ini menunjukkan bahwa makhluk hidup sulit memroses apa pun ketika sedang stres," pungkasnya.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Aditya Driantama H |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR