Nationalgeographic.co.id - Dalam beberapa tahun belakangan, polusi suara masuk dalam salah satu isu penting kesehatan dunia. Bahkan di Eropa, tinggi atau rendahnya polusi suara, telah menjadi salah satu parameter kualitas hidup penduduk. Dampak yang ditimbulkan polusi suara juga tampak jelas. Tidak sedikit manusia yang merasakan stres karena kebisingan.
Namun bukan hanya manusia saja yang merasakan dampak dari polusi suara. Hal yang sama juga turut dirasakan oleh para burung. Bahkan, bukan hanya stres saja yang dirasakan. Menurut penelitian, polusi suara ternyata dapat memperpendek usia burung.
Baca Juga: Perubahan Iklim Sebabkan Transformasi Besar Pada Ekosistem Bumi
Para peneliti di Max Planck Institute dan North Dakota University menyelidiki mengenai dampak kebisingan lalu lintas pada gen telomer burung zebra finch. Telomer adalah gen yang terletak pada ujung kromosom yang bertugas melindungi gen dari kerusakan.
Dalam penelitiannya, tiga jenis burung yang berbeda kemudian dijadikan subjek dengan total 263 burung. Mereka membandingkan panjang telomere pada 21 hingga 120 hari setelah burung-burung menetas. Sedangkan kebisingan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rekaman yang mirip dengan kebisingan kota, seperti kebisingan lalu lintas.
Tidak hanya itu, para peneliti juga mengumpulkan sampel darah setiap anak burung untuk mengukur panjang telomere dan tingkat kehilangan telomere mereka.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa zebra finch yang terpapar kebisingan lalu lintas memiliki telomere yang lebih pendek.
"Studi kami menunjukkan bahwa kebisingan perkotaan, polusi cahaya, atau polusi kimia, berkaitan dengan peningkatan kehilangan telomere dan mungkin berkontribusi pada penuaan pada burung zebra finch,” ungkap peneliti, Dr Adriana Dorado-Correa.
Baca Juga: Upaya Peneliti Dalam Membuktikan Kemampuan Hewan Memprediksi Gempa
Penuaan pada burung dijelaskan oleh peneliti sebagai akibat dari stres perkotaan. Meskipun burung tampaknya berhasil beradaptasi dalam kebisingan, tetapi hasil penelitian secara jelas memperlihatkan bahwa mereka benar-benar menua lebih cepat.
Dari hasil yang didapatkan, peneliti menegaskan betapa pentingnya untuk mempertimbangkan tahap-tahap perkembangan burung ketika berhadapan dengan urbanisasi. Perkembangan yang disebabkan ulah manusia tersebut ternyata secara tidak sadar berakibat pada perubahan habitat.
Lebih lanjut, peneliti menjelaskan bahwa dalam jangka waktu 18 hingga 120 hari setelah menetas merupakan periode kritis bagi burung zebra finch. Periode waktu tersebut merupakan usia dimana mereka akan banyak terpengaruh oleh kebisingan.
Selain itu, pada waktu yang sama mereka juga mulai untuk belajar berkicau. Dengan kata lain, dari 18 hingga 120 hari, burung zebra finch berada di tahap yang membuatnya lebih sensitif terhadap suara.
Source | : | phys.org |
Penulis | : | Mar'atus Syarifah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR