Nationalgeographic.co.id – Menurut peneliti, hutan, gurun, lanskap, dan ekosistem penting Bumi akan mengalami transformasi besar di abad mendatang akibat perubahan iklim.
Beberapa transformasi ini sudah mulai terlihat di AS bagian barat daya di mana kebakaran besar telah melalap hutan pinus dan mengubah petak-petak wilayah menjadi semak belukar.
Dalam 100-150 tahun ke depan, perubahan ini akan meluas ke savana, gurun pasir, dan hutan – mengganggu ekosistem serta membahayakan kehidupan tumbuhan dan hewan.
“Jika kita membiarkan perubahan iklim tidak terkendali, vegetasi Bumi akan menjadi sangat berbeda dengan yang ada saat ini. Artinya, risiko besar sedang menhantui keanekaragaman hayati di Bumi,” kata Jonathan Overpeck, pemimpin penelitian sekaligus dekan School for Environment and Sustainability di University of Michigan.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Air Hangat Mampu Tembus Lapisan Es di Arktik
Studi yang dipublikasikan pada jurnal Science tersebut, meneliti catatan fosil dan temperatur Bumi mulai dari 21 ribu tahun lalu -- ketika zaman es berakhir dan planet menghangat 4-7 derajat celsius.
Menurut peneliti, catatan iini masih konservatif. Sebab, pemanasan kala itu disebabkan oleh beberapa faktor alam dan berlangsung dalam periode yang cukup lama – dari zaman es terakhir pada 21 ribu tahun lalu, hingga Holosen, 10 ribu tahun lalu.
Namun, perubahan iklim akibat ulah manusia yang sedang terjadi saat ini, sangat berbeda. Pembakaran bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara, menjebak panas di Bumi. Akibatnya, planet kita menghangat dengan cepat.
“Perubahan yang dulu terjadi dalam 10-20 ribu tahun, kini bisa terjadi dalam satu abad. Ekosistem akan kesulitan menyusulnya,” jelas Stephen Jackson, direktur Southwest Climate Adaptation Centre.
Baca juga: Homo Sapiens Mengalahkan Neanderthal Saat Perubahan Iklim Terjadi
Para peneliti memperkirakan, jika kita tidak melakukan apa pun untuk mengurangi emisi, probabilitas perubahan vegetasi akan mencapai 60%. Namun, jika gas rumah kaca dibatasi sesuai dengan Persetujuan Paris 2015, jumlahnya bisa kurang dari 45%.
Perlu diketahui bahwa pergeseran lanskap tidak hanya memengaruhi hutan, tapi juga persediaan air minum dan aliran sungai.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Source | : | AFP |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR