Nationalgeographic.co.id - Baru-baru ini NASA memberikan pendanaan untuk beberapa proyek ruang angkasa yang inovatif, salah satu diantaranya adalah proyek pemasangan teleskop radio 1 kilometer pada kawah di sisi terjauh Bulan.
Proyek bernama Lunar Crater Radio Telescope (LCRT) ini berguna untuk mengukur panjang gelombang serta frekuensi beberapa objek ruang angkasa yang tidak dapat dideteksi dari Bumi.
Manfaat LCRT sendiri adalah sebagai teleskop yang berada di Bulan tanpa harus terhalang ionosfer, lapisan yang penuh kebisingan sinyal radio di planet kita.
Baca Juga: Peneliti Ungkap Fenomena Aneh di Langit Jepang yang Terjadi 1.400 Tahun Lalu
Berdasarkan jurnal yang dipublikasikan pada IEEE Xplore, teleskop radio ini akan dilengkapi dengan bukaan terbesar di tata surya.
“Ini penemuan ilmiah yang luar biasa di bidang kosmologi dengan mengamati secara dini alam semesta melalui pita panjang gelombang 10-50 meter (pita frekuensi 6-30MHz), yang belum dieksplorasi oleh manusia hingga saat ini,” tulis Saptarshi Bandyopadhyay, ahli teknologi robotik dari NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL).
Berdasarkan rencana, beberapa jala kawat sejauh 1 kilometer akan diletakkan Moon Rover ke dalam kawah yang berdiameter 5 kilometer. Di tengah kawah yang terhubung dengan jala-jala tersebut kemudian dilengkapi sistem pancaran radio.
Pemasangan alat di Bulan dapat dilaksanakan tanpa harus dikontrol langsung oleh manusia.
Karena masih dalam tahap perencanaan awal, tim LCRT belum menyebutkan secara rinci mengenai kawah mana yang akan digunakan dalam proyeknya. Meski begitu, konsep ini menarik untuk dipantau.
Baca Juga: Dari Pesawat Voyager 2, Ilmuwan Temukan Fakta Baru Tentang Uranus
Saat ini, teleskop radio terbesar adalah Aperture Spherical Telescope (FAST) yang berada di Bumi. Teleskop tersebut memiliki diameter 500 meter. Jika gelombang LCRT disatukan dengan FAST, maka akan menjadikannya teleskop radio yang berukuran 2 kali lebih lebar.
FAST memang sudah bekerja secara optimal--terutama dalam menangkap sinyal ledakan radio misterius (FRB) di luar angkasa. Namun, LCRT diperkirakan akan lebih optimal. Pasalnya, dari Bumi FAST kesulitan menangkap sinyal kosmos karena banyaknya satelit yang mengorbit rendah di dekat Bumi.
Sebelumnya, Tiongkok dan Belanda telah menyiapkan teleskop radio di sisi terjauh Bulan walau lebih kecil daripada rencana LCRT. Teleskop tersebut menggunakan satelit untuk menyampaikan data kembali ke Bumi sebagaimana yang akan dilakukan LCRT dalam memberikan informasi.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR