Tak jauh dari rumah awal Mangkunegara, peserta diajak berjalan ke kompleks Pura Mangkunegaran. Di dalamnya, kita akan melihat bangunan yang dulunya digunakan sebagai militer. Bangunan ini merupakan saksi bisu dari sebuah Legiun yang dimiliki oleh Mangkunegara.
Adit bercerita, legiun Mangkunegaran ini dididik dan dilatih secara profesional—melibatkan tiga negara yaitu Perancis, Inggris, dan Belanda. Legiun yang didirikan oleh Mangkunegaran II ini bertepatan dengan tibanya Gubernur Jenderal Deandels di Batavia yang merupakan perpanjangan tangan kekaisaran Napoleon.
Dari beberapa sumber disebutkan bahwa para prajurit yang tergabung dalam Legiun ini sangatlah bangga menyebut diri mereka sebagai “Fusi” atau singkatan dari Fusilier atau pasukan infantri. Meniru gaya pasukan Grand Armee Napoleon Bonaparte, pasukan ini pun telah terjun di beberapa medan laga pertempuran dan Legiun ini pun secara resmi dibubarkan oleh Mangkunegara VIII dan menyatakan diri bergabung ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain melihat bangunan militernya, peserta juga diajak melihat rumah0rumah di sekitarnya yang menjadi tempat tinggal para keturuan prajurit Semut Ireng yang merupakan pasukan legiun,
Cerita di Balik Istana
Tempat terakhir yang dikunjungi dari tur virtual jejak Mangkunegara ini adalah istana. Namun, tidak hanya mengunjungi bangunan, peserta pun bisa melihat dan mendengar cerita langsung dari para abdi dalem.
Ada Mbah Wasinem yang telah mengabdi selama 66 tahun. Dalam bahasa Jawa, Mbah Wasinem bercerita bahwa ia mengalami masa transisi dari Mangkunegara VIII ke Mangkunegara IX. Selama mengabdi, ia bertugas merawat pangeran-pangeran dan menyiapkan sesaji berupa bunga di atas cawan berisi air yang diletakkan di tempat-tempat khusus di Istana.
Selain Mbah Wasinem, kita juga diajak bertemu dengan Mbah Ngadimin, abdi dalem yang bertugas menjaga area parkir dan membersihkan bagian luar Pura Mangkunegara. Memasuki usia 80 tahun, Mbah Ngadimin telah mengabdi selama 44 tahun di Istana.
“Tidak selamanya Istana harus tentang raja atau permaisuri. Dengan mengenal kedua sosok ini, kita dapat mengambil pelajaran untuk selalu jujur dan ikhlas dalam bekerja,” tutur Adit.
Setelah berjumpa dengan kedua abdi dalem tadi, perjalanan dilanjutkan untuk melihat-lihat bagian dalam kompleks Mangkunegaran. Di sana, kita bisa melihat beberapa keindahan istana termasuk pendopo terbesar di Indonesia.
Di dalam pendopo tersebut juga tersimpan satu set gamelan yang berusia kurang lebih 300 tahun. Gamelan tersebut digunakan pada saat mengiringi misi budaya Mangkunegara VII di Belanda.
Acara virtual tour #JelajahDariRumah Mengenal Jejak-Jejak Mangkunegara merupakan program donasi untuk membantu para pemandu wisata lokal yang kehilangan pendapatannya sehari-hari akibat pagebluk COVID-19.
Acara ini dihadiri sebanyak 140 peserta dan berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp3.685.000. Terima kasih kepada Sahabat yang telah berpartisipasi dan sampai bertemu di avontur daring selanjutnya.
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR