Nationalgeographic.co.id - Lebih dari 350 gajah telah mati di Botswana Utara secara misterius. Para ilmuwan menggambarkannya sebagai "bencana konservasi".
Kematian gajah pertama kali dilaporkan di Delta Okavango pada awal Mei, kemudian menjadi 169 ekor pada akhir bulan.
Pada pertengahan Juni, jumlahnya meningkat lagi sehingga totalnya menjadi 356 ekor menurut New York Times.
“Ini adalah kematian massal pada tingkat yang belum pernah terlihat dalam waktu yang sangat, sangat lama. Di luar kekeringan, saya tidak tahu penyebab kematian seperti ini,” kata Dr Niall McCann, direktur konservasi di National Park Rescue yang berbasis di Inggris, dikutip dari laman Guardian.
Baca Juga: Kisah-Kisah Perjalanan Waktu yang Tersebar Ke Seluruh Dunia
Pemerintah Botswana belum menguji sampel sehingga tidak ada informasi tentang apa yang menyebabkan kematian atau apakah mereka dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan manusia. Dua kemungkinan utama adalah keracunan atau patogen yang tidak diketahui.
Sebelumnya, Anthrax, dianggap sebagai penyebab kematian-kematian itu. Namun hal ini telah telah dikesampingkan.
Saksi mata setempat mengatakan beberapa gajah terlihat berjalan berputar-putar. Hal ini menurut McCann merupakan indikasi gangguan neurologis.
"Jika Anda melihat bangkai, beberapa dari mereka telah jatuh tepat di wajah mereka, menunjukkan mereka mati sangat cepat. Yang lain jelas mati lebih lambat. Jadi sangat sulit untuk mengatakan apa racun ini," kata McCann.
Baca Juga: Enam Hiu Langka Ditangkap dan Dibunuh di Taiwan dalam Empat Hari
Gajah dari segala usia dan kedua jenis kelamin telah sekarat, demikian laporan setempat. Beberapa gajah hidup tampak lemah dan kurus, menunjukkan lebih banyak akan mati dalam beberapa minggu mendatang.
Jumlah sebenarnya dari kematian mungkin bahkan lebih tinggi karena bangkai sulit ditemukan, kata para konservasionis.
Source | : | New York Times,guardian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR