Nationalgeographic.co.id - Salah satu contoh pertama tentang perjalanan waktu muncul dalam Mahabharata, sebuah puisi epik Sansekerta kuno yang disusun sekitar 400 SM. Begitulah yang disampaikan Lisa Yaszek, seorang profesor studi fiksi ilmiah di Institut Teknologi Georgia di Atlanta, dilansir di laman Livescience.
Pada Mahabharata, terdapat kisah tentang Raja Kakudmi, yang hidup jutaan tahun lalu dan mencari suami yang cocok untuk putrinya yang cantik dan berprestasi bernama Revati.
Keduanya melakukan perjalanan ke rumah sang pencipta Dewa Brahma untuk meminta nasihat. Namun, ketika berada di alam eksistensi Brahma, mereka harus menunggu ketika sang dewa mendengarkan lagu 20 menit. Setelah itu, Dewa Brahma menjelaskan bahwa waktu bergerak secara berbeda di surga daripada di Bumi.
Baca Juga: Demam Sepeda dan Bagaimana Itu Mengubah Dunia Pada 1890-an?
Tanpa disadari, "27 chatur-yugas" atau lebih dari 116 juta tahun telah berlalu sehingga semua orang yang pernah dikenal Kakudmi dan Revati, termasuk anggota keluarga dan calon pelamar juga sudah mati.
Setelah keterkejutan ini, cerita ditutup pada akhir yang agak bahagia karena Revati bertunangan dengan Balarama, saudara kembar dewa Krishna.
Bagi Yaszek, kisah itu memberikan contoh tentang apa yang sekarang kita sebut pelebaran waktu, di mana pengamat yang berbeda mengukur rentang waktu yang berbeda berdasarkan kerangka referensi relatif mereka. Ini merupakan bagian dari teori relativitas Einstein.
Kisah-kisah waktu seperti itu tersebar luas di seluruh dunia, kata Yaszek.
Contoh lain dapat ditemukan dalam dongeng Jepang abad kedelapan tentang seorang nelayan bernama Urashima Tarō yang melakukan perjalanan ke istana bawah laut dan jatuh cinta dengan seorang putri.
Tarō menemukan bahwa, ketika dia kembali ke rumah, 100 tahun telah berlalu, menurut terjemahan dari kisah yang diterbitkan secara online oleh University of South Florida.
Baca Juga: Ragnarok, Serangkaian Peristiwa Kiamat Pada Cerita Mitologi Nordik
Di era modern-awal 1700 dan 1800-an, versi perjalanan waktu dengan tidur menjadi lebih populer, kata Yaszek.
Contohnya termasuk kisah klasik Rip Van Winkle, serta buku-buku seperti novel utopian 1888 karya Edward Belamy "Looking Backwards," di mana seorang pria bangun pada tahun 2000.
Serta ada novel HG Wells 1899 "The Sleeper Awakes," tentang sebuah pria yang tidur selama berabad-abad dan terbangun di London yang benar-benar berubah.
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | livescience |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR