Nationalgeographic.co.id – Saat ini, ekonomi sirkular menjadi solusi inovatif untuk menyelesaikan persoalan sampah. Banyak negara sudah mulai mengimplementasikan model ekonomi tersebut karena dianggap mudah dicontoh serta dapat dilakukan oleh semua orang.
Ekonomi sirkular, menurut Forum Ekonomi Dunia (WEF), adalah sistem industri yang memanfaatkan material yang ada untuk membuat barang baru atau menambah nilai barang lama lewat pengelolaan limbah yang terintegrasi.
Salah satu negara yang berhasil menerapkan ekonomi sirkular adalah Denmark.
Dikutip dari Kompas.com (25/03/2019) Denmark menerapkan berbagai kebijakan untuk mendorong masyarakat agar mau mendaur ulang sampah plastik.
Salah satu dari kebijakan tersebut adalah penerapan sistem deposit untuk minuman seperti bir dan soft drink. Duta Besar Denmark, H.E. Mr Rasmus Abildgaard Kristensen mencontohkan jika seseorang membeli bir atau soft drink, konsumen tersebut harus membayar harga minumannya dan membayar uang depositnya juga.
Baca Juga: Paul Warfield Tibbets Jr, Pilot Pesawat Pengebom Hiroshima yang Tak Pernah Menyesal dengan Aksinya
“Uang (deposit) ini bisa didapatkan kembali bila mereka mengembalikan botolnya ke mesin khusus yang akan menerima semua jenis botol, tanpa memedulikan mereknya. Hasilnya, hanya 3-4 persen sampah di Denmark yang ditimbun di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sementara 69 persennya berhasil didaur ulang,” terang Kristensen.
Kebijakan Denmark bisa menjadi pertimbangan untuk Indonesia yang angka persentase daur ulangnya masih relatif rendah. Menurut data dari Asosiasi Industri Olefin Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) serta Indonesian Plastic Recyclers (IPR) pada tahun 2019, diketahui jika total konsumsi plastik saat ini diprediksi sebanyak 5,66 juta metrik ton per tahun.
Sayangnya, tingkat daur ulang plastik hanya 1,80 metrik ton per tahun atau kurang dari 1 persen dari keseluruhan sampah.
Meski begitu, penerapan ekonomi sirkular sudah mulai digerakkan sebagai solusi dari beragam persoalan lingkungan di Indonesia, terutama pencemaran sampah plastik.
Baca Juga: 75 Tahun Berlalu, Bagaimana Kronologi Serangan Bom Atom di Hiroshima?
Dikutip dari Kompas.com (24/02/2020) Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengatakan bahwa ekonomi sirkular dapat menjadi kunci untuk mewujudkan lingkungan yang bebas polusi sekaligus berkontribusi pada ekonomi Indonesia.
"Selama ini kan kita menggunakan ekonomi yang linear, padahal kemasan itu dapat didaur ulang dan digunakan kembali apabila pengelolaannya tepat. Contohnya beberapa pabrik air minum kemasan yang habis dikonsumsi langsung dibuang. Padahal bisa dikumpulkan ke bank sampah karena ada nilai ekonominya," ujarnya.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pun sudah melakukan langkah nyata untuk mewujudkan penerapan ekonomi sirkular dengan memfasilitasi pengelolaan sampah di berbagai kota, kabupaten, hingga provinsi.
Sementara dari sisi industri, produsen air minum kemasan seperti Danone-AQUA sudah melakukan implementasi ekonomi sirkular dengan memasarkan produk air mineral dengan kemasan plastik hasil daur ulang.
Baca Juga: Ahli: Ledakan di Beirut Setara dengan Kekuatan Ratusan Ton TNT
Danone-AQUA juga menerapkan model bisnis yang sepenuhnya sirkular lewat kemasan galon (jugs) yang dapat dikembalikan ke pabrik untuk diisi ulang.
Model bisnis galon guna ulang yang sepenuhnya sirkular ini sebenarnya sudah ada cukup lama di Indonesia. Inovasi galon sendiri sudah ada di Indonesia sejak 1984 dan menjadi salah satu pelopor dalam upaya menekan jumlah sampah plastik karena kemasan galon selalu berputar dalam lingkaran produksi.
Galon yang sudah tidak layak pun akan dapat langsung didaur ulang oleh perusahaan tanpa harus dibuang ke TPA dan dipungut satu per satu, dan saat galon-galon ini kembali ke pabrik akan diseleksi lalu akan dicuci dan diisi kembali. Semuanya melalui standar yg tinggi untuk menjaga kualitasnya tetap terjaga
Indonesia masih harus meniti jalan yang panjang hingga sampai pada waktu di mana ekonomi sirkular dapat diterapkan sepenuhnya.
Butuh investasi besar untuk mengembangkan infrastruktur pengelolaan sampah serta mendidik masyarakat agar paham pentingnya berpartisipasi dalam ekonomi sirkular lewat tindakan sehari-hari, seperti menggunakan produk guna ulang dan memisahkan sampah rumah tangga.
Baca Juga: Foto-Foto Pemakaman Mahatma Gandhi Setelah Penembakanya di Delhi
Untuk lebih memahami konsep ekonomi sirkular, National Geographic Indonesia lewat aksi #SayaPilihBumi bekerja sama dengan Danone-AQUA menggelar sebuah webinar bertajuk “Menilik Masa Depan: Apakah Ekonomi Sirkular Solusi Permasalahan Lingkungan?”.
Webinar ini akan membahas pencemaran lingkungan dan ekonomi sirkular dari berbagai dimensi. Oleh sebab itu, webinar akan menghadirkan peneliti iklim dan laut LIPI Intan Suci Nurhati, Hamish Daud, beserta pembicara ahli lainnya, dan perwakilan AQUA dari sisi pelaku industri.
Webinar akan diselenggarakan pada Sabtu, 8 Agustus 2020 mendatang secara gratis dengan kuota terbatas. Untuk informasi dan pendaftaran, Anda bisa mengunjungi laman ini.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR