Nationalgeographic.co.id – Indonesia terdiri atas 17.000 pulau dan lebih dari 255 juta penduduk. Setiap pulau dihuni oleh beragam suku dengan tradisi dan budaya yang juga beragam.
Keragaman budaya tersebut menghasilkan karya seni seperti tarian, lukisan, dan makanan khas yang diwariskan secara turun-temurun. Inilah yang membuat Indonesia begitu mempesona dan menarik.
Pesona dan daya tarik tersebut pun menjadi magnet bagi wisatawan mancanegara (wisman) untuk datang ke Indonesia.
Tingginya antusiasme ini terbukti dengan tingginya grafik jumlah kedatangan wisman. Dikutip dari Kompas.com (05/02/2020), data Badan Pusat Statistik (BPS) bahkan mencatat kehadiran 16,11 juta wisman pada 2019. Jumlah ini naik 1,88 persen jika dibandingkan pada 2018, yang terdiri atas 15,81 juta wisata wisman.
Baca Juga: Sutan Muhammad Amin, Salah Satu Tokoh Sumpah Pemuda yang Berjasa
Namun, antusiasme wisman tersebut berbanding terbalik dengan antusiasme generasi muda yang merupakan masa depan bangsa Indonesia.
Kehadiran teknologi digital, membuat arus tren yang berasal dari budaya barat semakin masif. Hal ini ditakutkan akan membuat kelestarian budaya di kalangan muda kian tergerus.
Adanya konflik antar generasi pun membuat anak muda cenderung “ogah” untuk mempelajari kebudayaan yang ada di lingkungannya. Hal ini turut dibuktikan oleh Jurnal Sosial Humaniora (11/2011) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), diketahui, para anak muda yang kecanduan bermain di dunia maya, cenderung tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Dominasi teknologi dan globalisasi inilah yang membuat kebudayaan rentan punah. Kecintaan generasi terdahulu terhadap budaya lokal, mungkin saja tak bisa diteruskan pada generasi selanjutnya, jika generasi muda terus abai dengan pelestarian budaya lokal.
Baca Juga: AVONTUR DARING: Merarik, Tradisi Melarikan Anak Gadis Usai Acara Pinangan
Mempertemukan seni budaya tradisional dengan teknologi
Mencintai budaya sendiri, sudah tentu jadi kewajiban bagi para generasi muda. Mengenal budaya dan mengapresiasinya bisa dilakukan dengan banyak cara. Salah satunya dengan mengabadikannya lewat sapuan kuas dalam seni lukis digital.
Melalui Kompetisi Desain Pelestarian Budaya Indonesia, National Geographic Indonesia dan PT Pertamina (Persero), ingin mengajak kaum muda untuk #BerbagiCerita tentang cara mencintai kebudayaan Nasional.
Para peserta diwajibkan untuk membuat desain visual bernuansa bebas. Namun tetap menceritakan tentang situasi pagelaran seni yang ada dalam tiga kategori, diantaranya yaitu Wayang Orang, Tari Bali, dan Tari Topeng.
Diselenggarakan mulai dari 28 Oktober – 20 November 2020, para peserta dapat mengirimkan langsung karya seninya melalui email, peserta juga bisa mengirimkan lebih dari satu karya untuk masing-masing kategori.
Selain menghadirkan beragam hadiah dengan total puluhan juta rupiah, kompetisi ini juga turut menghadirkan Visual Artist Muchlis Fachri (Muklay) sebagai juri.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai syarat dan ketentuan kontes desain ini, Anda dapat langsung mengunjungi laman Instagram National Geographic Indonesia dan Pertamina. Mari ikut serta dalam misi pelestarian budaya dengan mengirimkan karya terbaik Anda.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR