Nationalgeographic.co.id – Memesan tiket perjalanan ke Bali adalah keputusan yang selalu tepat untuk dilakukan ketika jiwa dan raga memerlukan waktu rehat sejenak. Bali merupakan destinasi yang lengkap. Keindahan alam dan budaya berpadu di destinasi berjuluk Pulau Dewata ini.
Bali jelas dapat memenuhi impian pejalan yang gemar berlibur dengan menikmati suasana dan fasilitas resor atau vila privat. Begitu juga yang gemar berkuliner, blusukan ke pasar-pasar seni, hingga mengagumi keindahan pantai dan gunung-gemunungnya.
Bagi pejalan yang memiliki ketertarikan khusus pada water sport, Bali memiliki Tanjung Benoa dan salah satu spot diving terpopuler yaitu Tulamben. Lengkapnya pilihan destinasi tersebut menjadikan Bali magnet wisatawan, terutama dari mancanegara.
Sepanjang pandemi Covid-19 berlangsung aktivitas wisata di Bali mengalami penurunan drastis. Sebab, demi mencegah penyebaran virus corona sejumlah destinasi harus ditutup untuk pejalan. Meski demikian, minat wisata ke pulau ini masih tinggi.
Mengutip dari Kompas.com (4/8/2020), survei GoLocal Domestic Travel yang dilakukan untuk platform wisata Agoda menyebut, dalam 12 bulan ke depan, sejak kegiatan wisata kembali diperbolehkan, wisatawan siap kembali menjelajah pulau-pulau di Indonesia. Lima tujuan wisata yang paling banyak dipilih adalah Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Surabaya, dan Bali.
Baca Juga: Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel
Jika Anda adalah pejalan yang merindukan suasana liburan di Bali, akhir tahun ini dapat menjadi momen yang tepat untuk menjelajah ke sana. Anda dapat mencoba wisata yang lebih berkesan, tak hanya sekadar bersantai di resor. Telisik tempat-tempat yang menjawab minat Anda, tidak biasa, dan punya cerita seperti lima destinasi ekowisata ini.
Desa Adat Tenganan
Jauh dari hiruk-pikuk pusat wisata dan hiburan Bali dan sarat warisan budaya. Kira-kira seperti itulah gambaran Desa Adat Tenganan. Desa yang berlokasi di Kabupaten Karangasem ini termasuk kategori desa Bali Aga atau Bali Kuno.
Desa ini disebut sebagai awal mula Bali. Rumah-rumah bergaya Bali kuno masih berdiri di desa adat ini. Begitu pula dengan kearifan leluhur dan aturan-aturan kunonya. Warga Tenganan masih memegang teguh petuah-petuah yang diwariskan dari nenek moyangnya.
Di desa ini kesetaraan dan gotong royong dijunjung. Tidak ada sistem kasta yang membedakan masing-masing warga. Laki-laki dan perempuan pun punya kewajiban dan hak yang sama. Semua bergerak dengan harmonis di desa ini.
Baca Juga: Di Kulonprogo, Mereka yang Muda Upayakan Ketahanan Pangan
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR