Baca Juga: Membelah Segara Anakan, Menilik Dusun Mandiri Energi di Pesisir Jawa
Budidaya maggot sebagai solusi permasalahan lingkungan
Tidak hanya mendorong pelestarian Kukang di desa Cipaganti, Garut, upaya Pertamina mendorong masyarakat untuk peduli akan lingkungan sekitar juga dilakukan di Kelurahan Cipamokolan, Bandung Selatan.
Untuk mendukung penanggulangan masalah sampah yang sempat menjadi isu memprihatinkan di Bandung, Pertamina mendukung upaya Yanto Sopian membudidayakan lalat berjenis black soldier fly (BSF). Lalat ini dapat membantu mengurai sampah rumah tangga.
Budidaya BSF ini bermula dari kepedulian Yanto dan istrinya akan kondisi memprihatinkan di lingkungan tempat tinggalnya. Tumpukan sampah rumah tangga terus menggunung karena tempat pembuangan sampah yang terbatas.
Sampah yang meluber hingga ke badan jalan tersebut menyebabkan aroma tak sedap. Hanya dalam waktu seminggu sampah di wilayah tempatnya tinggal bisa menggunung hingga 8 ton alias 6 truk sampah.
Baca Juga: Layanan Puskemas Keliling Jadi Harapan Baru Bagi Warga Pesisir di Sorong
Awalnya, untuk membantu mengatasi persoalan tersebut Yanto mendorong warga untuk memilah sampah organik dan anorganik. Ternyata, upaya tersebut tidak berhasil. Sebab, sampah organik pun tidak dapat terurai dengan sendirinya.
Akhirnya, terbersit ide untuk membudidayakan lalat BSF demi menghasilkan maggot (belatung) yang dapat membantu mengurai sampah dengan cepat. Upaya Yanto mendapat dukungan dari Pertamina.
Melalui program Budidaya Maggot dan Pupuk Organik (Bu Manik), Pertamina membantu Yanto dan warga Cipamokolan untuk membuat posko penguraian sampah organik. Selain itu membangun sarana budidaya maggot.
Siklus hidup maggot lalat BSF dari telur, larva maggot, hingga maggot dewasa membutuhkan waktu 40-45 hari. Satu kilogram maggot mampu mengurai 1 kilogram sampah organik dapur (SOD). Maggot pun tidak mengenal diet. Selama 24 jam, sampah akan terus dilahap.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR