Dampak lingkungan habitat spesies tersebut dapat berpengaruh pada penurunan populasi. Melalui skenario mereka, penurunan populasi Komodo sebesar 27% pada skenario paling ramah, dan 99% pada skenario terburuk.
Baca Juga: Ketika Pembangunan dan Pelestarian Berimpit di Taman Nirwana Sang Naga
Melalui analisis simulasi lokasi habitat, dalam skenario menengah diperkirakan populasi Komodo akan bertahan hingga tahun 2050 di Pulau Komodo dan Rinca. Sedangkan pada simulasi menengah kebawah menunjukkan semua pulau di Taman Nasional Komodo dapat mendukung kehidupan Komodo pada 2050, meskipun jumlahnya berkurang.
“Nasib populasi di pulau Komodo sangat bergantung pada skenario emisi gas rumah kaca yang digunakan untuk memprediksi kesesuaian habitat dan daya tamping di masa mendatang,” terang para peneliti. “Model kami memprediksi bahwa komodo di Flores akan punah di bawah enam skenario iklim masa depan yang masuk akal jika tidak ada intervensi pengelolaan konservasi lebih lanjut.”
Baca Juga: Labuan Bajo Tak Hanya Komodo, Ada Aroma Juria Mengguncang Dunia
Para peneliti berpesan agar seluruh pihak, terutama pihak pemerintah Indonesia mengambil strategi konservasi yang serius.
“Penelitian kami menunjukkan bahwa tanpa mengambil tindakan segera untuk mengurangi perubahan iklim, kita berisiko membuat banyak spesies terbatas seperti Komodo menuju kepunahan,” tulis mereka.
Beberapa upaya untuk melestarikan Komodo yang disarankan peneliti adalah translokasi ke kawasan yang layak huni, dan mencegah pengurangan luas habitat sejak dini.
“Komodo sensitif terhadap perubahan penggunaan lahan yang telah terjadi di habitat yang tidak dilindungi di Flores selama beberapa dekade terakhir”, terang para peneliti. “Oleh karena itu, hilangnya habitat dan konversi yang sedang berlangsung dapat memperburuk perkiraan penurunan jumlah dan penyebaran komodo di Flores, yang merupakan satu-satunya pulau dalam sebaran komodo yang terus berlanjut kehilangan habitatnya.”
Source | : | Wiley Online Library |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR