Nationalgeographic.co.id—Sebuah laporan yang dipublikasikan pada September 2020 dalam jurnal Ecology and Evolution memprediksikan bahwa keberadaan Komodo bisa punah pada 2050 akibat perubahan iklim.
Lebih lanjut, para peneliti menyatakan bahwa pemicu kepunahan Komodo adalah pemanasan global dan kenaikan permukaan air laut yang sebelumnya sudah merusak habitat mereka.
Terdapat 6 lokasi pemantauan terhadap habitat Komodo oleh para peneliti dari University of Adelaide’s School of Biological Sciences bersama sejumlah LSM terhadap habitat Komodo, yakni di Pulau Komodo, Pulau Rinca, Nusa Kode, Gili Motang, Cagar Alam Wae Wuul, dan Cagar Alam Wolo Tado.
Baca Juga: Dia yang Sedang Mekar, Habitat Kadal Purba yang Kerap Terlewat
Penelitian tersebut dilakukan dengan memantau data Komodo dalam jangkauan luas, iklim, dan proyeksi perubahan permukaan laut. Melalui pantauan tersebut mereka membuat 6 skenario dari yang paling ramah lingkungan hingga terburuk.
“Model-model ini memproyeksikan jangkauan dan jumlah spesies tersebut di masa depan di bawah berbagai skenario perubahan iklim,” terang Alice R Jones dan tim.
Mereka memprediksi pengurangan jangkauan luas habitat Komodo sebesar 87% pada 2050, berdasarkan skenario terburuk. Hasil tersebut mereka dapatkan melalui proyeksi kesusuaian habitat di masa mendatang, terhitung dari 2010 hingga 2050.
Baca Juga: Narasi Flores Tidak Berhenti pada Cerita Orang Tua dan Bajo Saja
“Namun, besarnya efek perubahan iklim sangat bergantung pada skenario emisi gas rumah kaca yang digunakan dan perbedaan utama dalam prakiraan struktural model iklim mengenai sensitivitas dan gaya aerosol,” tulisnya.
Dalam skenario yang paling ramah lingkungan, mereka memodelkan perubahan iklim akibat CO2 dan emisi gas rumah kaca yang rendah. Mereka memperkirakan jika skenario tersebut berjalan, maka dampak lingkungan habitat populasi Komodo berkurang hingga 15% pada 2050.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Source | : | Wiley Online Library |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR