Nationalgeographic.co.id—Gempa bumi besar melanda Myanmar bagian tengah pada 28 Maret 2025. Gempa bumi itu merenggut ribuan nyawa dan menyebabkan kerusakan besar di banyak tempat.
Namun di tengah kehancuran tersebut, retakan baru di bumi mengungkap reruntuhan yang telah lama terkubur di dekat Inwa. Inwa merupakan tempat ibu kota Kerajaan Burma, Ratnapura Ava.
Kerajaan ini berdiri dari abad ke-14 hingga abad ke-19. Penggalian awal pada apa yang menurut para ahli adalah sisa-sisa istana air Dinasti Konbaung dimulai bulan April 2025.
Gempa bumi di Myanmar mengungkap reruntuhan istana Kerajaan Burma yang terlupakan
Gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter menyebabkan retakan tanah dan retakan dalam di seluruh Myanmar bagian tengah. Di kota Inwa—yang terletak di dekat Mandalay—kerusakan akibat gempa bumi mengungkap reruntuhan yang sebelumnya tidak diketahui.
Para arkeolog meyakini reruntuhan ini mungkin dulunya adalah istana air atau bangunan lain yang berhubungan dengan air. “Bangunan itu digunakan untuk upacara kerajaan yang diadakan oleh raja-raja Burma,” ungkap Emily Snow di laman Smithsonian Magazine.
Bagian-bagian kecil dari bangunan yang lebih besar pertama kali ditemukan oleh penduduk setempat pada tahun 2009. Penemuan itu kemudian dipelajari oleh Department of Archaeology and National Museum.
Gempa bumi bulan Maret 2025 mengungkap beberapa elemen tambahan dari apa yang ternyata merupakan kuil monumental. Termasuk struktur fondasi dan tangga. Para arkeolog juga menemukan bukti paviliun yang mungkin cocok dengan ilustrasi yang tercatat dalam manuskrip daun lontar bersejarah.
Manuskrip tersebut diduga ditulis oleh Menteri Letwe Nawrahta pada masa Raja Hsinbyushin dan Raja Sagaing. Dalam manuskrip, digambarkan sebuah bangunan air kerajaan dengan lima tangga besar, serta bangunan jati. Kemudian, terdapat 18 hingga 20 aula yang dinaungi pohon mangga.
Untuk memastikannya, arkeolog perlu melakukan penelitian lebih lanjut. Dilansir dari laman Archeology News, para arkeolog percaya bahwa bangunan tersebut kemungkinan besar adalah tempat tinggal kayu. Bangunan itu berukuran 61–76 meter kali 61 meter dan dibangun dengan menggunakan teknik tradisional Burma.
Menurut para ahli, bangunan itu mungkin menyerupai bangunan biara seperti Biara Bahakara di Inwa atau the Golden Palace Monastery of Mandalay, dengan tangga yang dinaungi mangga dan tiang-tiang kayu.
Baca Juga: Sains Ungkap Apakah Gempa Bumi Bisa Memicu Letusan Gunung Berapi
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR