Muda-mudi, khususnya generasi y dan z menurut Hugo mulai bosan dengan musik saat ini. Mereka coba mencari genre alternatif melalui tayangan YouTube. Alogaritma punya peran besar bagi kedua generasi itu untuk mengulik City Pop.
"Faktor algoritma AI YouTube ini memang nggak bisa dipungkiri jadi faktor yang bikin generasi y dan z banyak cari City Pop," tutur Hugo.
Taishi Nagasaka dari NION Berlin mengatakan, berbicara City Pop tidak bisa lepas dari Vaporwave. Genre yang keluar pada awal 2010 dan menjadi budaya di internet. Ia hadir sebagai kritik atas kapitalisme budaya populer.
Orang-orang Vaporwave menampilkan visual bernuansa retro dan elemen-elemen kultur pop 80-an denga latar merah jambu dan ungu. Mereka memasukan lagu future funk dan lagu lagu kartun berbahasa Jepang. Menurut Nagasaka, hal inilah yang membuat City Pop mendunia.
Bagaimanapun, Vaporwave memasukan musik kartun Jepang dari tahun 80-an dan City Pop. Jadi ini dia, ini hubungannya, ini membuat beberapa orang barat mulai menggali City Pop," tulis Nagasaka.
Source | : | Tirto Id,Rolling Stone,Wawancara Hugo Massie,Buku Disc Collection: Japanese City Pop (2011),NION Berlin |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR