"Sepertinya ada sesuatu tentang penyakit skizofrenia atau mungkin pengobatan untuk penyakit ini yang menyebabkan mereka berada pada risiko kematian yang sangat tinggi," kata Goff seperti dikutip dari Live Science. Misalnya, mungkin penyakit atau obat-obatan tersebut mengganggu sistem kekebalan tubuh, katanya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa orang-orang dengan skizofrenia dapat mengubah respons imun dan variasi gen yang mengatur respons imun tubuh mereka terhadap infeksi.
Baca Juga: Mengajarkan Rasa Empati Mampu Meningkatkan Kreativitas Anak-anak
"Ini adalah studi yang sangat menarik, terutama yang berkaitan dengan peran sistem kekebalan tubuh," kata Dr. Norbert Müller, profesor psikiatri dari Ludwig Maximilian University of Munich di Jerman, yang tidak terlibat dalam riset ini. Ia mengatakan beberapa psikiater berspekulasi bahwa skizofrenia terkait dengan aktivasi sistem kekebalan dan molekul pensinyalan pro-inflamasi yang dikenal sebagai sitokin. Penyebab umum kematian COVID-19 adalah reaksi berlebihan dari sitokin tersebut, yang juga dikenal sebagai badai sitokin.
"Mekanisme seperti itu juga dapat berperan dalam skizofrenia dan menjadi jalur umum skizofrenia dan tentu saja fatal dalam COVID-19," kata Müller. Tetapi gen yang menginstruksikan dan mengatur respons kekebalan tubuh juga bisa berperan, tambahnya. Menurutnya jumlah pasien skizofrenia yang diteliti dalam riset ini masih rendah dan memiliki kekurangan karena tak memasukkan data tentang obat psikosis yang dikonsumsi para pasien. Selain itu, data yang dipakai juga hanya mencakup para pasien di New York City.
Goff dan timnya kini sedang melakukan lebih banyak penelitian untuk mencari tahu apakah ada alasan biologis mengapa pasien skizofrenia memiliki risiko kematian akibat COVID-19 lebih tinggi. Namun untuk saat ini, "kami pikir penting untuk menyampaikan hal ini kepada orang-orang” bahwa orang-orang dengan skizofrenia harus termasuk di antara mereka yang "diprioritaskan untuk mendapatkan vaksin," tambahnya.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR